Kamis, 20 Desember 2012

Tekhnik Negosiasi


TEKNIK NEGOSIASI UNTUK SUKSES

1.    PENGANTAR
Seringkali orang awam akan menangkap kesan bahwa negosiasi merupakan istilah lain untuk mengatakan “keterlibatan dalam konflik”. Namun menurut Oxford Dictionary negosiasi didefinisikan sebagai : “pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan … untuk mengatur atau mengemukakan.” Istilah-istilah lain kerap digunakan pada proses ini seperti : pertawaran, tawar-menawar, perundingan, perantaraan atau barter.
Dengan kata lain negosiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua belah pihak. Negosiasi diperlukan ketika kepentingan seseorang atau suatu kelompok tergantung pada perbuatan orang atau kelompok lain yang juga memiliki kepentingan-kepentingan tersebut harus dicapai dengan jalan mengadakan kerjasama. Negosiasi adalah pertemuan antara du pihak dengan tujuan mencapai kesepakatan atas pokok-pokok masalah yang :
·      Penting dalam pandangan kedua belah pihak
·      Dapat menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak
·      Membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk mencapainya.
Dalam konteks bisnis/ kerja, negosiasi terjadi antara
ü  majikan dan karyawan [upah, fasilitas]
ü  duta penjualan dengan pembeli di seputar harga dan kontrak
ü  departemen sehubungan dengan alokasi sumber daya
Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang dan pecundang; dalam setiap negosiasi terdapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi kepentingan bersama. [Ron Ludlow & Fergus Panton 2000 : 141 – 142]

2.    MENGEMBANGKAN FILOSOFI SAMA-SAMA MENANG DALAM NEGOSIASI
Masing-masing pihak di dalam suatu negosiasi tentu ingin menang. Negosiasi yang berhasil  berakhir dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh kedua pihak. Setiap kali seorang negosiator mengancangi suatu situasi pertawaran dengan gagasan, “ Saya harus menang, dan benar-benar tidak peduli tentang pihak lawan”, maka bencana pun sudah diambang pintu. Konsep negosiasi sama-sama menang tidak sekadar didasarkan pada pertimbangan etika. Pihak yang mengakhiri suatu negosiasi dengan perasaan bahwa ia telah tertipu mungkin berusaha membalas dendam belakangan.
Negosiasi sama-sama menang secara sederhana adalah “bisnis yang baik”. Ketika pihak-pihak yang berkepentingan di dalam suatu perjanjian merasa puas dengan hasilnya, mereka akan berusaha membuat perjanjian itu berhasil, tidak sebaliknya. Mereka pun akan bersedia untuk bekerja sama satu sama lain pada masa datang. Barangkali anda bertanya, “Bagaimana saya bisa menang di dalam suatu negosiasi bila saya membolehkan pihak lawan juga memenuhi kebutuhan mereka?”. Jawaban pertanyaan ini terletak pada ,kenyataan bahwa orang yang berbeda mempunyai kebutuhan yang berbeda. Bagi sebagian orang, kata kompromi mempunyai maknayang negatif. Bagi yang lain, kata ini menggambarkan prinsip beri/ terima yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
Umumnya tidak mungkin untuk mendapatkan sesuatu secara gratis – tampaknya selalu ada harga atau konsesi yang harus dibuat untuk menerima apa yang anda inginkan. Kata kompromi secara sederhana berarti membuat dan/ atau menerima konsesi [kelonggaran] [Robert B. Maddux 1991 : 12 – 16]
Keberhasilan negosiasi pada intinya dapat ditingkatkan dengan sudut pandang pendekatan yang tepat. Bagian-bagian berikut memberikan tuntunan yang memadai di bawah sub-sub judul :
A.  Pokok masalah yang dinegosiasikan
Waspadai adanya beberapa konteks dimana negosiasi tidak tepat untuk diadakan :
1)      Menegosiasikan syarat-syarat perdagangan yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan aturan yang tegas
2)      Menegosiasikan pokok-pokok yang mengabaikan peraturan mengenai diskriminasi ras, jenis kelamin, atau diskriminasi lainnya.
3)      Menegosiasikan prosedur dan tata-tertib perusahaan
4)      Menegosiasikan keputusan perusahaan yang telah diumumkan.
5)      Mengadakan negosiasi ketika semua pihak tidak hadir

B.     Persiapan negosiasi
Setelah memastikan persoalan yang dapat Anda negosiasikan, maka selanjutnya adalah menentukkan apa yang Anda ingin capai, dan dengan siapa, pada setiap tahap negosiasi. Kenalilah tujuan-tujuan Anda, faktor-faktor yang sangat penting, dan hal-hal yang dapat Anda relakan dalam kondisi tertentu. Hanya setelah Anda menentukkan sasaran Anda, maka dapat dimulai mempersiapkan negosiasi.
Dengan waktu yang Anda miliki, usahakanlah untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang pihak lain :
a)      Apakah dia independen atau bagian dari suatu tim?
b)      Apakah dia memiliki wewenang untuk membuat keputusan tanpa harus mengadakan rujukan balik?
c)      Jenis orang seperti apakah dia?
d)     Bagaimana tingkat pengalamannya sebagai seorang negosiator?
e)      Jenis pendekatan apa yang mungkin digunakan untuk mencapai hasil terbaik?
f)       Apakah kepentingan-kepentingannya, dan dengan urutan prioritas yang bagaimana?
g)      Perilaku seperti apa yang dapat Anda harapkan dari orang tersebut?

C.    Mencapai suasana yang tepat
Suasana diciptakan dalam waktu yang sangat singkat : beberapa detik atau menit. Suasana dipengaruhi oleh hubungan antara pihak-pihak pada waktu lampau, harapan mereka saat ini, sikap persepsi, dan keahlian yang mereka miliki dalam bernegosiasi. Suasana dipengaruhi oleh konteksi pertemuan, lokasi, penataan tempat duduk, tingkat formalitas, penataan ‘domestik’.
Pada periode ice-breaking, Anda hendaknya berupaya untuk menciptakan suasana yang hangat, bersahabat, penuh kerja sama, dan praktis. Komunikasi verbal maupun non verbal [spt kontak mata] yang bersahabat dapat membantu menciptakan kondisi yang membuat orang-orang termotivasi untuk bekerja sama ; demikian pula sebalinya.

D.    Taktik-Taktik Negosiasi
Negosiator yang berpengalaman akan mencari kerjasama dalam topik-topik yang netral; negosiator yang mencari kekuasaan, akan berusaha untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, serta prioritas dan perhatian Anda. Setelah menentukan tujuan-tujuan Anda, strategi dan kekuatan relatif tawar menawar Anda, pendekatan apa yang Anda ingin gunakan dalam proses negosiasi? Taktik-taktik apa yang akan Anda gunakan?
1)      Apakah Anda membuka dengan mengajukan permintaan-permintaan Anda terlebih dahulu atau belakangan?
2)      Bagaimana Anda mengambil inisiatif?
·         dengan bersiteguh atau tidak mau berkompromi?
·         Dengan mengajukan argumen yang kuat, bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang adil?
3)      Rencana cadangan apa yang Anda miliki untuk menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan?
Menghentikan negosiasi? Kembali pada unsur pokok untuk mendapatkan tuntunan? Menyetujui, tetapi kemudian tidak menepati kesepakatan tersebut? Apakah konsekuensi dari setiap tindakan ini dalam jangka pendek/ dalam jangka panjang, dalam kaitan dengan kredibilitas Anda dan kekuatan tawar menawar pihak lain?
4)      Apakah yang Anda ketahui mengenai individu-individu dalam tim lain? Kekuatan dan kelemahan mereka? Kepribadian mereka? Apakah mereka memilih gaya tertentu yang dapat Anda serang?
5)      Bagaimana kemahiran mereka dalam menggertak? Bagaimana dengan kemahiran Anda sendiri?Apakah gertakan merupakan taktik yang bermanfaat dalam situasi tertentu?
6)      Apakah Anda yakin dapat membedakan antara fakta, opini, asumsi, dan rumor? Akankah pihak lain menerima fakta-fakta yang Anda miliki?
7)      Bagaimana Anda dapat menjual keuntungan-keuntungan proposal Anda dengan sebaik-baiknya?
8)      Bagaimana Anda dapat menjelaskan dengan sebaik-baiknya konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan apabila pihak lain menolak usul Anda?
9)      Bagaimana Anda menangani kelemahan proposal/ argumen Anda?
10)  Apakah argumen Anda masuk akal / logis, atau lebih bersifat emosional? Atau di antara keduanya? Dimana Anda dapat menggunakan salah satu argumen di atas dengan sebaik-baiknya.
11)  Kapan saat terbaik untuk mengajukan proposal Anda? Bagaimana agar Anda dapat menggunakan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya?
12)  Dimana Anda ingin negosiasi tersebut diadakan? Dikandang sendiri? Di kandang mereka [lawan]? Ditempat netral?
13)  Siapakah yang Anda inginkan untuk memimpin pertemuan? Anda atau mereka?
14)  Bagaimana seharusnya tingkat realitas permintaan pertama Anda? Anda ingin mengajukan suatu permintaan pembukaan? atau menggunakan pendekatan problem solving ?
15)  Pada tahap apa sebaiknya Anda memberikan informasi? atau menahannya?
16)  Apakah Anda memiliki kemampuan teknis/ know how dalam menegosiasikan pokok-pokok persoalan secara efektif? di mana Anda dapat memperoleh dukungan dalam bidang tersebut, jika perlu?
17)  Apakah Anda memiliki kemampuan sosial dalam mengelola hubungan Anda dengan pihak lain?
Berkali-kali laporan media massa dipenuhi dengan berita-berita emosional, seperti negosiasi mengalami ‘jalan buntu’/ deadlock , tuntutan-tuntutan, walk-out, dsb. Situasi-situasi semacam itu sebagian besar terjadi karena pihak-pihak yang bernegosiasi bersikeras menyatakan dan mempertahankan posisi mereka, jelas, dalam situasi demikian negosiasi sama sekali tidak akan mencapai kemajuan. Pendirian ini lebih sering disertai kepentingan pihak-pihak yang dilalaikan, dengan hasil kesepakatan akhir yang tidak memuaskan pihak manapun.
Oleh karena itu, golden rule dalam bernegosiasi adalah selalu menegosiasikan kepentingan bukan pendirian [position]; jangan mengambil suatu pendirian kecuali jika hal itu bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan tsb. Bukan tujuan-tujuan pribadi anda dalam negosiasi – Anda adalah seorang duta bukan seorang individu.

E.     Gaya-gaya negosiasi.
Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan.
1)      Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi.
                                            i.      Mendorong [push] : memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi.
                                          ii.      Menarik [pull] : mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman, meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita.

2)      Kekuatan berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yang semula.
                                            i.      Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran apapun – kita mengejar sasaran yang tinggi –
                                          ii.      Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan diri – sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi prioritas.
3.      PRASYARAT NEGOSIASI YANG EFEKTIF.
Dalam negosiasi tingkat formalitas bersifat tidak formal. Sifat proses yang dijalankan dalam negosiasi menyangkut mufakat para pihak. Prinsip yang dijalankan dalam negosiasi bersifat tertutup. Hasil akhir dari negosiasi berupa kesepakatan, yang bearasal dari musyawarah mufakat, menuju perdamaian para pihak yang bermasalah atau bersengketa.
Dalam negosiasi harus memenuhi prasyatat yang efektif. Para pihak yang bernegosisi harus secara sukarela berdasarkan kesadaran yang penuh (willingness). Para pihak siap melakukan negosiasi (preparedness). Para pihak yang bernegosiasi mempunyai wewenang mengambil keputusan (authoritative). Para pihak yang bernegosiasi memiliki kekuatan yang relative seimbang, sehingga dapat menciptakan saling ketergantungan (relative equal bargaining power). Para pihak yang bernegosiasi mempunyai kemauan menyelesaikan masalah. Para pihak yang bernegosiasi mengikutsertakan seluruh stakeholders (stakeholdership). Para pihak yang bernegosiasi melakukan pembahasan permasalahan secara menyeluruh (comprehensive).
Dalam kemauan menyelesaikan masalah, biasanya dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu terdapat Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA). BATNA merupakan standar dalam melakukan negosiasi yang diperlukan suatu standar yang menetapkan kesepakatan apa yang perlu dilakukan. Standar yang dapat melindungi para pihak dari menerima kondisi yang tidak Favourable dan dalam menolak kondisi yang tidak sesuai dengan kepentingan (interest). BATNA ini dapat mempengaruhi para pihak ragu akan hasilnya, sehingga terdorong untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi. Pengaruh yang lainnya, karena terdapat situasi yang mendesak yang berbeda-beda sesuai kebutuhan bagi setiap pihak, dan tidak mempunyai kendala psikologi yang besar.

4.      TAHAPAN PROSES NEGOSIASI.
Pertama, tahap orientasi dan mengatur posisi. Para perunding memulai dengan membuat kontrak antara satu dengan yang lainnya. Dalam tahap membuka kontrak ini hubungan mulai terdifinisikan dan terbina (established). Dalam tahap mengatur posisi, biasanya para perunding berbicara secara umum tentang kekuatan dari kasus mereka.
Kedua, tahap argumentasi. Para pihak berusaha mengetahui posisi sesungguhnya dari perunding lawan, seraya mencoba menghindarkan diri dalam membuka posisi mereka yang sesungguhnya.
Ketiga, tahap sikap dalam keadaan darurat dan kritis. Perunding biasanya berada di bawah tekanan apabila mendekati batas waktu. Oleh karenanya, kesadaran salah satu atau kedua belah pihak saling memberikan isyarat tentang konsesi seperti apa dan bagaimana yang perlu dikembangkan oleh para perunding.
Keempat, tahap merancang kesepakatan atau menjalankan upaya alternative apabila tidak tercapai kesepakatan. Para pihak mempersiapkan akhir kesepakatan, serta meyakinkan masing-masing pihak dan/atau pihak yang diwakilinya tentang desirabiloity dari kesepakatan tersebut.
Perundingan selalu dimulai dengan solusi. Para pihak saling mengusulkan solusi dan saling menawar sampai mereka menemukan satu titik yang dapat diterima bagi keduanya. Perundingan selalu dimulai dengan mengembangkan dan menjaga hubungan. Para pihak mendidik satu sama lain akan kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan persoalan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan / kepentingan. Tujuan perundingan adalah win-win solution.  Kebutuhan dari seluruh pihak harus dibahas dalam rangka mencapai tujuan. Para perunding adalah “ penyelesai masalah “, yang kooperatif. Para perunding wajib menjaga/ membangun pola hubungan positif selama perundingan. Para perunding harus menyiapkan beberapa pilihan penyelesaian yang memjuaskan, dan kepercayaan diri harus tetap dijaga.

Kepribadian: Sigmund Freud

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulai bermunculan tokoh-tokoh beserta teori-teori yang mendukung penjelasan mengenai kepribadian manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak manusia adalah teori Galenus.
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian dari orang lain.Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada.
Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada. Hal ini sangat sesuai dengan kata-kata bijak yang mengatakan ”at the first you make habbit at the last habbit make you”, yang berarti bahwa pada awalnya kamu membuat suatu kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itulah yang membentuk dirimu” (zero to hero;26).
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang yang semakin ditempa oleh tantangn dan cobaan menjadi semakin kuat dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa. Oleh karena itu dalam makalah tentang kepribadian ini kami mengangkat judul ”Konsep Kepribadian”.

1.2.Tujuan.
A.    Tujuan umum.
Diketahuinya Konsep Kepribadian.
B.     Tujuan Khusus
Adapan tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1.      Di ketahuinya arti dan defenisi kepribadian
2.      Di ketahuinya Sigmund Freud: Teori Kepribadian Psikoanalisa.
3.      Di ketahuinya Struktur Kepribadian Manusia.
4.      Di ketahuinya Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri): Sigmund Freud.
5.      Di ketahuinya Dinamika Kepribadian.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Arti Dan Defenisi Kepribadian.
A.    Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kata personalit dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian juga sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.
B.     Kepribadian menurut psikologi
Terdapat beberapa defenisi kepribadian dari beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah :
1)       George  Kelly
George Kelly memandang Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
2)      Gordon  Allport
Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
3)      Sigmund Freud
Sigmund Freud mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego  dan  super ego.  dan tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
4)      Woodworth (Yusuf dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas total individu”
5)      Dashiell (Yusuf dan juntika, 2007) mendefinisikan sebagai” gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”
6)      Lawrence pervin, 1984.
mendefinisikan personality sebagai “personality represents those characteristics of the person or of people generally that account for consistent pattern of behavior”. Pengertian tersebut menurut pervin didasarkan pada hakikat manusia yaitu; (a) manusia itu unik dibanding species lain,seperti bisa berbicara, berpikir, manusia lebih lambat dalam hal kematangan/maturity dibanding species lain (b) perilaku manusia bersifat komplek, jadi untuk memahaminya harus memahami kompleksitas tingkah laku manusia, kadang situasi yang sama bisa dipahami berbeda oleh individu yang berbeda, dan perilaku yang sama mungkin dilatarbelakangi hal yang berbeda dari beberapa orang;(c) perilaku tidak bisa dilihat seperti apa yang tampak, (d) manusia tidak selalu menyadari dan bisa mengontrol apa yang menetukan perilakunya,manusia tidak selalu bisa menjelaskan mengapa dia berperilaku yang sebenarnya berlawanan dengan perilakunya.
7)      Derlega dkk, 2005.
Mendefinisikan kepribadian sebagai “ the system of induring, inner characteristic of individual that contributes to consistency in their thoughts, feelings, and behavior” (kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/ stabil mengenai karakter internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam pikiran,perasaan dan tingkah laku). Derlega menjelaskan tiga poin penting yang terkandung dalam pengertian kepribadian yaitu (a) Enduring artinya kepribadian merupakan karakteristik individu berjalan lama, relatif stabil dalam rentang waktu yang lama, untuk menjelaskan kestabilan respon individu, para ahli membedakan antara istilah trait dengan state, kalau state hanya sementara waktu, hanya respon seseorang pada situasi sekarang, sedangkan traits merupakan respon yang relatif stabil dan  berjalan lama yang merupakan respon seseorang untuk mereaksi dalam berbagai kondisi. Maksudnya stabil bukan berarti kepribadian tidak bisa berubah, namun perubahan kepribadian biasanya nampak secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang lama (b) kepribadian Inner atau  intrapersonal. Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasa dan berperilaku yaitu yang pertama yang ada di luar individu, sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam berupa atribut dan proses yang terjadi di dalam individu, jadi perilaku merupakan kombinasi dari 2 fungsi yakni diri dan lingkungan, dalam hal ini ahli psikologi kepribadian berpendapat bahwa faktor intrapersonal memiliki peran yang lebih dalam pembentukan perilaku, mereka lebih fokus dalam memperlajari karakteristik dan proses interpersonal.  (c) kepribadian menyangkut konsistensi dalam perilaku.
8)      Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007).
Mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku (b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur kepribadian  yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterrelasi (c) kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
9)      Teori kepribadian menurut syamsu dan Juntika merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya.
10)  Pervin Teori kepribadian merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan  “ What, how dan why” What terkait dengan apa karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang lain, seperti pertanyaan apakah dia jujur, apakah dia memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how terkait dengan faktor yang mempengaruhi kepribadian, seperti bagaimana faktor genetis dan faktor lingkungan berinteraksi dalam membentuk tingkah laku. Sedangkan why merujuk pada alasan mengapa seseorang berperilaku,berkaitan dengan faktor motivasi yang menyebabkan seseorang melakukan seseuatu. Seperti pertanyaan mengapa siswa mengerjakan tugas dari gurunya dengan baik?

2.2.Sigmund Freud: Teori Kepribadian Psikoanalisa.
Dalam teori psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
A.    Id.
Id/das es adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Id merupakan sistem yang paling pokok dan mendasari kedua system yang lainnya. Dan bisa dikatakan bahwa id merupakan pemasok energi bagi kedua sistem yang lainnya untuk melakukan segala aktifitasnya. Id merupakan dunia batin yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Sistem id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir Adapun kelemahan dari sistem ini adalah tidak bisa mentoleransi pasokan energi yang terlalu banyak, yang nantinya bisa menyebabkan meningkatnya tegangan saraf masing-masing individu. Namun kelebihannya, meskipun id memiliki kelemaahn ia tetap dapat mengatasinya sendiri. Yang artinya id mampu berusaha mengurangi tegangan tinggi menjadikembali ke keadaan semula.
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi teganan.
Meningkatnya tegangan yang ada pada masing-masing individu adalah karena adanya pengaruh dari luar dan dari dalam diri manusia. pengaruh dari dalam adalah tergantung dari sifat atau pembawaan sejak lahir dari tiap individu, sedangkan pengaruh dari luar adalah pengaruh ligkungan serta pengaruh individu lainnya.
Untuk mencapai tujuan id tersebut, terdapat dua macam proses, yaitu:
·         Tindakan refleks: suatu tindakan yang terjadi secra otomatis tanpa direncanakan, dan munculnya dikarenakan kebiasaan dari tiap-tiap individu yang menjalaninya. Misalnya: bersin, berkedip, dsb.
·         Proses pokok atau primer: suatu proses yang bisa mengurangi tegangan dengan membentuk bayangan dari suatu objek yang melibatkan reaksi psikologi yang terperinci yang hanya berasal dari dalam jiwa individu yang mengalami tegangan tersebut. Misalnya: orang yang sedang lapar, emmbayangkan makanan.
Salah satu contohnya lagi adalah misalkan ada seseorang yang ingin kaya. Ia akan merasa terpuaskan jika berkhayal atau bermimpi memiliki harta yang berlimpah ruah, hidup mewah tanpa terlalu bersusah payah mencarinya, dsb. Dari situlah awalnya dapat dikatakan id adalah sistem yang dapat mengurangi tegangan.
B.     Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
Di dalam id dan ego sering terjadi konflik karena ego menghambat proses perefleksian naluri-naluri yang berasal dari id. Menghambat di sini dalam artian, ego tidak menghanbat naluri-naluri yang baik dan layak untuk direfleksikan ke dalam kehidupan nyata. Namun, ego berusaha menghambat naluri-naluri yang tidak layak untuk dan tidak dapat diterima oleh lingkungan.
C.     Superego
Superego/das Uberich adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego adalah :
1)      Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2)      Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
3)      Mendorong individu kepada kesempurnaan.

2.3.Struktur Kepribadian Manusia.
Manusia memiliki rasa keingintahuan tentang dirinya sendiri. Keingintahuan tersebut berkisar antara apa yang dirasakan, perilaku yang muncul, ataupun pemikiran. Sejak dahulu, banyak sekali teori dan penelitian yang menyingkap tabir mengenai kejelasan perilaku manusia, sebut saja Sigmund Freud yang bisa disebut sebagai “bapak psikologi”, dimana dia meneliti manusia dengan pendekatan psikoanalisis. Freud menganalisi sistem kepribadian manusia, dimana kepribadian adalah keseluruhan cara manusia bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain (Robbin dkk, 2008) dan kepribadian tersebut dapat dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Ada 4 teori kepribadian yang masing-masing berasal dari pakar psikologi berbeda, yaitu:
1.      Teori kepribadian psikoanalisis
Teori ini dibangun oleh Sigmund Freud didasarkan pada keyakinan bahwa masalah-masalah psikologis adalah akibat dari adanya konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil (Nevid; Rathus; Green, 2003). Freud meyakini bahwa banyak perilaku manusia yang terjadi karena konflik diluar alam sadar dan konflik yang tidak disadari.
Freud menambahkan tentang struktur pikiran dimana pikiran manusia adalah gunung es, hanya puncak dari gunung es yang terlihat di permukaan. Sehingga disimpulkan bahwa manusia hanya memperlihatkan dirinya pada taraf permukaannya saja, tetapi isi dari diri harus diteliti lebih dalam. Isi dari pikiran manusia yang beruapa ketakutan, kecemasan, harapan, dan dorongan tetap berada dibawah permukaan kesadaran sehingga tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Struktur kepribadian manusia menurut Freud terdiri dari id, ego, dan super ego. Id adalah struktur psikis yang muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan penyimpanan dorongan dan impuls instingstif dasar, mencakup rasa lapar, haus, seks, dan agresi (Navid; Rathus; Green, 2003). Selama tahun pertama dalam kehidupan manusia, seorang anak mempunyai id yang tidak dapat secara segera dipuaskan dan dia harus menunggu agar id-nya terpuaskan. Contohnya jika seorang anak haus, dia masih harus menunggu minuman/ susu dipersiapkan untuknya.
Tahap selanjutnya ego mulai berkembang, dimana id dapat dikontrol karena terjadi proses menyesuaikan diri dengan keadaan dilingkungan. Contohnya, dalam tahap perkembangan seorang anak, saat dia merasa haus maka anak sudah bisa memenuhinya sendiri dengan mengambil gelas dan meraih teko lalu menuangkan air didalam gelas, setelah itu id-nya terpenuhi. Ego diatur oleh prinsip realitas, dimana hal ini berkaitan dengan apa yang praktis dan mungkin dilakukan. Ego melibatkan proses mengingat, menimbang, merencanakan situasi yang mungkin dapat dilakukan saat id muncul.
Super ego muncul pada tahap selanjutnya, dimana standar moral dan nilai-nilai dari orangtua maupun orang disekitar anak diinternalisasi melalui proses identifikasi. Super ego mempertimbangkan standar moral, etika, norma, dan agama. Pertimbangan tersebut berfungsi sebagai penjaga dan mengawasi ego dari tindakan benar dan salah.
Tahapan perkembangan psikoseksual
Freud merupakan pakar psikologi yang mencetuskan bahwa dorongan-dorongan seksual merupakan faktor dominan dalam perkembangan kepribadian yang dimulai pada tahap perkembangan anak-anak. Freud meyakini bahwa hubungan dasar anak dengan lingkungannya ditahun pertama kehidupan terletak pada pencarian kepuasan sensualitas dan seksualitas (Feist, 2006). Semua aktivitas yang menimbulkan kepuasan secara fisik seperti makan, menggerakkan anus, pada intinya adalah aktivitas “seksual”. Pandangan Freud ini disebut dengan eros, yang merupakan dorongan dasar untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan. Eros yang memungkinkan untuk memenuhi fungsinya disebut dengan libido atau energi seksual. Freud menyatakan bahwa ada lima tahapan psikoseksual, yaitu oral, anal, phallic, laten, dan genital.
a.       Tahap oral.
Pada tahun pertama kehidupan, seorang bayi memperoleh kepuasan seksual dengan mengisap payudara ibunya untuk mendapatkan ASI. Setelah itu bayi memasukkan benda apa saja kedalam mulutnya. Keadaan ini menurut Freud adalah stimulasi oral dalam bentuk mengisap dan menggigit dimasukkan dalam kepuasan seksual maupun makanan.
b.      Tahap anal.
Setelah tahap oral, seorang anak memasuki tahap dimana dia mengalami pemenuhan kepuasan seksual melalui konstraksi dan relaksasi otot-otot penggerak yang mengendalikan kotoran dari tubuh. Pada awalnya anak belum dapat mengendalikan pemenuhan keinginan untuk membuang kotoran, tetapi dengan toilet training akhirnya mereka dapat belajar bagaimana menahan dan menunda kebutuhan tersebut.
c.       Tahap phallic.
Tahap ini berpusat pada penis dan klitoris, dimana anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki rangsangan yang datang dari alat seksual, biasanya dengan cara menggesekkan atau memegang.
d.      Tahap laten.
Pada tahap ini, kepuasan seksual tahap phallic terlupakan karena anak-anak disibukkan dengan bermain dan bersekolah.
e.       Tahap genital.
Dimulai pada masa pubertas, dimana fungsi-fungsi seksual sudah matang dan akhirnya siap untuk menikah.
2.      Teori kepribadian behaviorisme.
Perspektif ini fokus pada peran belajar dalam menjelaskan perilaku manusia. Beda dengan psikoanalisis yang menyatakan tentang ketidaksadaran, perspektif ini menyatakan bahwa kepribadian dapat diamati karena termanifestasi pada perilaku. Contoh paling mudah dapat kita pelajari dari kehidupan sehari-hari, apabila seorang anak biasa diberi hukuman oleh orang tuanya tanpa ada kejelasan kesalahan, maka seorang anak belajar bahwa apapun yang dilakukan adalah salah dan pasti mendapat hukuman. Teori ini meyakini bahwa perilaku manusia merupakan bawaan genetis dan pengaruh lingkungan.
Psikolog Rusia bernama Ivan Pavlov membuat sebuah eksperimen yang mendasari teori behaviorisme. Pavlov menggunakan anjing untuk mempelajari respon air liur anjing pada makanan, dan Pavlov berkesimpulan bahwa air liur anjing dapat keluar bahkan sebelum anjing melihat makanan. Dalam eksperimennya Pavlov membawa makanan anjing sambil membunyikan bel, pada saat anjing melihat makanan air liurnya menetes. Setelah dilakukan terus menerus, Pavlov mencoba membunyikan bel tanpa membawa makanan, ternyata air liur anjing tetap menetes. Teori ini dinamkan dengan respon terkondisi (conditional response), dimana peristiwa terjadi karena sudah dikondisikan.
Sedangkan BF. Skinner mempunyai teori operant conditioning, dimana Skinner menguji cobakan teorinya menggunakan burung merpati. Skinner membuat kotak yang didalamnya diletakkan butiran-butiran jagung dan sebuah tombol bel. Saat burung dimasukkan, maka dia akan mematuk jagung dan memakannya. Pada saat makanan habis burung tetap mencoba mematuk-matuk yang akhirnya tidak sengaja menekan tombol bel. Setelah bel berbunyi dimasukkan kembali butiran-butiran jagung ke dalam kotak. Akhirnya, burung belajar bahwa jika menekan tombol bel maka makanan akan datang.
Pada operant conditioning, makhluk hidup membentuk sebuah respon yang menguatkan (reinforcement) atau dapat dikatakan bahwa suatu tindakan dapat memunculkan tindakan lain. Tindakan lain dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan, istilahnya mendapatkan hadiah (reward) atau hukuman (punishment). Jika mendapatkan hadiah, maka respon akan terus dikuatkan, sedangkan jika mendapat hukuman maka respon akan dikurangi bahkan dihilangkan (Slamet; Markam, 2003)
Pendekatan behaviorisme lainnya diungkapkan oleh Albert Bandura dengan teori sosial-kognitif. Teori sosial-kognitif menekankan peran proses berpikir (kognisi) dari mengamati atau menirukan (modeling) perilaku orang lain. Bandura memandang bahwa manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Contohnya adalah bagaimana seorang anak dapat berbicara dengan menirukan bunyi yang keluar dari bibir orang tuanya. Contoh lainnya adalah seseorang akan berperilaku sama dengan apa yang diajarkan oleh lingkungannya.
3.      Teori kepribadian humanistic
Teori ini berpendapat bahwa manusia adalah aktor dalam kehidupan, bukan reaktor. Carl Rogers sebagai tokoh psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan melakukan aktualisasi diri yaitu berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Manusia akan berpikir dan mencari mana hal yang terbaik bagi dirinya berupaya jujur pada diri sendiri, tidak sekedar mengikuti lingkungan atau termanipulasi oleh keadaan.
Tetapi sayangnya, tidak semua manusia mampu melakukan aktualisasi diri dengan baik. Hal tersebut dianggap Rogers karena manusia gagal melakukan evaluasi diri. Rogers meyakini bahwa orang tua dapat membantu seorang anak mengembangkan kepercayaan diri yang akhirnya menjadikannya mampu mengaktualkan diri dengan baik.
4.      Teori kepribadian kognitif
Kognitif berasal dari bahasa latin cognito yang artinya pengetahuan. Albert Ellis dan Aaron Back merupakan dua teoritikus kognitif yang mempelajari bahwa kognisi –pikiran, keyakinan, harapan, dan sikap- adalah hal yang nantinya mendasari perilaku manusia. Mereka menyatakan bahwa kognisi merupakan setir bagi perilaku yang diperlihatkan oleh manusia dan sekaligus menentukan keadaan emosi. Contoh saja, jika seseorang beranggapan buruk atau negatif terhadap peristiwa yang dialami maka wajar jika orang tersebut dilanda depresi, kecemasan, dan ketakutan



2.4.Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri): Sigmund Freud
Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya:
A.    Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan2, impuls2 pikiran, kehendak2 yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran2 yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar.  Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh: seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut amnesia organik).
B.     Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh: anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi anak jagoan atau ditakuti oleh teman-temannya).
C.     Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh: saat stress menjadi mudah marah, teriak-teriak, atau berolahraga.
D.    Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
Contoh: seorang ibu tidak mau menerima bahwa anaknya terbelakang mental sehingga anak tersebut dititipkan pada saudaranya yang jauh.
E.     Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ide2, objek2, atau orang2 lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh: seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.
F.      Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses2 mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia.
Contoh: rasa sedih karena kematian seorang kekasih dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi”.
G.    Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang anak yang kurang pandai lalu berkhayal dirinya menjadi bintang pelajar

H.    Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat2nya meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contoh: seorang anak yang bersolek atau berdandan seperti ibunya, atau malah bersolek seperti bintang iklan.
I.       Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh: seorang anak yang membenci seseorang tapi “memasukkan” ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke orang tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.
J.       Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan2 yang ditujukan kepada seseorang. Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan daripadanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan tidak sesuai dengan minatnya maka ia sering bolos sehingga prestasinya menjadi kurang.
K.    Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat2nya sendiri yang tidak baik, atau perasaan2 dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh: seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.
L.     Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan2 (motivasi) dengan memberikan penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah).
M.   Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku yang sebaliknya.
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka.
N.    Regresi (Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh: seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia memiliki adik.karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.
O.    Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak2 tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh: seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju.
P.      Menghapuskan (Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau masyarakat.
Contoh: seorang suami yang berselingkuh lalu ia memberi bermacam-macam hadiah kepada istrinya.
Q.    Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan2 lainnya. Bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada kegagalan.
Contoh: seorang siswa yang mengeluh bahwa dia tidak mempunyai buku2 pelajaran karena orangtuanya miskin dan tidak bisa membelikannya, lagipula ibunya sakit2an.

2.5.  Dinamika Kepribadian.
Menurut Freud, energi yang terdapat pada diri manusia adalah energi yang kompleks diperoleh dari makanan dan digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti: bernapas, kontraksi otot-otot, berpikir, mengamati, mengingat, dan sebagainya. Energi manusia hanya dapat dibedakan berdasarkan pada system penggunaannya yaitu: aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang digunakan untuk aktivitas psikis  disebut energi psikis. Namun energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis. Dan yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dan naluri-nalurinya (instink).
A.  Naluri (instink).
Naluri (instink) merupakan sumber perangsang bawaan yang berasal dari keadaan tegang dan terangsang pada tubuh yang disebabkan oleh munculnya keinginan atau kebutuhan yang menjadi alasan. Naluri memiliki peranan yang lebih penting daripada pengaruh rangsangan dari luar. Naluri juga dapat diartikan sebagai sejumlah energi psikis yang dipergunakan untuk menentukan keprbadian.
Naluri pada tiap-tiap individu dapat berubah-ubah objeknya karena energi psikis dapat dibalik arahkan terhadap objek lain. Naluri merupakan bentuk pengurangan tegangan yang tiba-tiba meingkat dalam keadaan peka. Naluri selalu berusaha menjaga keseimbangan organisme dengan memperbaiki dan mengatasi keadaan kekurangan akan kepuasan.
Sistem naluri adalah sistem yang berulang-ulang seperti bentuk lingkaran yang tidak memiliki ujung. Setelah dalam keadaan tenang, akan terasa tegang, dan kemudian kembali tenang lagi, begitulah seterusnya. Naluri dibedakan atas dua macam, yaitu:
1)      Instink-instink hidup (naluri kehidupan)
Naluri kehidupan adalah naluri yang mengutamakan pengendalian ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Yang artinya naluri kehidupan ditujukan pada pemeliharaan hidup manusia sebagai individu dan spesies. Contoh: lapar, haus, seks.
2)      Instink-instink mati (naluri kematian)
Naluri kematian adalah naluri yang menuju pada perusakan (naluri merusak), yang artinya bahwa semua tujuan organisme adalah kembali kepada anorganis (semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada kehidupan).
Freud menyatakan bahwa, naluri kematian bisa ditujukan pada dua arah, yakni kepada dirinya sendiri (berupa tindakan menyakiti diri individu itu sendiri) dan kepada orang lain (berupa tindakan membunuh atau menyakiti orang lain). Namun pada hakikatnya, setiap orang pada alam bawah sadarnya memiliki kemauan untuk mati (keinginan yang dijaga kuat-kuat oleh ego).
B.     Distribusi dan Penggunaan energi Psikis.
Dinamika kepribadian terdiri atas energi psikis yang didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan superego untuk selalu bersaing dalam penggunaan energi karena ingin menguasai atau mendapat energi yang lebih banyak dari energi lain sehingga menjadi lebih kuat.
Pada awalnya, id adalah penguasa utama atas eluruh energi psikis yang ada, dan dimanfaatkan untuk tindakan refleks dan proses primer dalam pemuasan berbagai keinginan atau kebutuhan. Namun id juga memiliki kelemahan dalam membedakan objek-objek. Yang artinya objek-objek yang masih ada dalam bayangan tidak ada bedanya dengan objek-objek nyata. Maka dari itu, untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan organisme, id membutuhkan bantuan ego.
Ego berjalan melalui proses mekanis yang disebt dengan “identifikasi”. Dan untuk melakukannya, ego mengambil energi dari id. Yang dimaksud dengan identifikasi adalah suatu prose di mana manusia harus bisa membedakan antara objek-objek dalam bayangan dengan objek-objek nyata. Dan identifikasi sebenarnya adalah hasil dari sistem ego. Karenanya ego memiliki wewenang untuk menggunakan energi psikis hanya untuk pemuasan akan kebutuhan tetapi juga untuk proses psikologis lainnya. Maka tujun dari system ego tidak lain adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam kepribadian, yang membuat ego manusia menjalin hubungan lebih baik dan efisien dengan dunia luar.
Dan selanjutnya menunjuk pada superego. Untuk menjelaskan mekanisme identifikasi dalam penyaluran energi kepada superego, perlu adanya contoh perefleksian dari ketergantungan dari seorang anak terhadap orang tua. Seorang anak tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Maka dari itu, orang tua harus berperan sebagai penyedia objek pemuas kebutuhan, dan juga sebagai penanam nilai-nilai moral, adat istiadat, dan ideal-ideal yang berlaku di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pada intinya penguatan dan penanaman nilai-nilai moral terhadap anak, dapat menyebabkan seorang anak melakukan identifikasi terhadap orang tuanya.
Kesimpulannya, dengan adanya id, ego, dan superego yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan kepribadian antar individu.
C.     Kecemasan (ketakutan/kekhawatiran).
Dalam dinamika kepribadian, sebagian besar fungsinya adalah untuk memuaskan kebutuhan dengan menjalin hubungan dengan objek-objek dunia luar. Namun di dunia luar terkadang terdapat bahaya yang mengancam yang menimbulkan reaksi terhadap individu yang menghadapinya berupa kecemasan atau ketakutan. Umumnya orang yang merasa terancam adalah orang yang penakut.
Freud mengemukakan bahwa ada tiga macam kecemasan pada individu, yaitu:
1)   Kecemasan realistis: kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang nyata (riel) yang terjadi di dunia luar.
2)   Kecemasan neurotis: kecemasan yang terjaid jika instink-instink tidak dapat  dikendalikan sehingga menyebabkan pelakunya dikenakan hukuman.
3)   Kecemasan moral: kecemasan yang muncul karena tekanan superego terhadap ego individu yang telah melakukan pelanggaran moral-moral kehidupan yang berlaku.
Adapun fungsi kecemasan atau ketakutan adalah untuk memperingatkan individu akan datangnya bahaya, yang apabila isyarat tersebut tidak diperhatikan maka kecemasan tersebut akan semakin meningkat. Bahkan isa menyebabkan ketakutan traumatis (ketakutan-ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan efektif.
D.    Perkembangan Kepribadian.
Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisa dilandasi oleh dua pernyataan, yakni:
1)      Pernyataan bahwa kepribadian terbentuk dari bayangan pengalaman pada masa awal kanak-kanak.
2)      Energi seksual (libido) sudah ada sejak lahir yang kemudian berkembang melalui berbagai tahapan psikoseksual yang berasal dari proses-proses naluriah organisme.
Manusia memiliki empat fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang menentukan kepribadian individu, yaitu:
a)      Fase Oral
Fase oarl adalah fase perkembangan yang etrjadi pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini daerah erogen yang paling peka adalah mulut, yag berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air.. rangsangan yang terjadi pada mulut adalah pada saat menghisap makanan atau minumannya. Fase oral berakhir saat bayi tidak lagi memperoleh asupan gizi secara langsug dari ibunya.
b)      Fase Anal
Fase anal merupakan tahapan perkembangan dari tahun kedua sampai ketiga dalam kehidupan. Pada fase ini energi libidal difokuskan ke daerah dubur, yang kepuasannya diperoleh dari keinginan mempermainkan atau menahan kotoran, orang tua harus memperkenalkanaturan-aturan kebersihan kepada anak.
Tata cara penerapan orang tua terhadap anak tentang toilet training:
1.      Cara penerapan yang memaksa, yang menyebabkan anak akan memiliki kepribadian yang kaku, keras kepala, dan sebagainya dalam hal kebersihan.
2.      Ada kalanya orang tua memberikan kebebasan terhadap anak saat membuang kotoran, maka anak akan memiliki kepribadian yang anal aggressive.
c)      Fase Falik
Fase falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima. Anak-anak pada fase ini mengalami yang dinamakan dengan Oedipus complex (hasrat seorang anak yang ingin memiliki orang tua lawan jenisnya untuk memenuhi kepuasan seksualnya). Hal ini tidak akan terjadi jika ia mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Setelah fase ini berakhir, anak-anak akan memasuki masa tenang (masa pubertas). Di sini anak-anak cenderung melakukan aktivitas yang non seksual, misalnya: bergaul dengan teman-temannya, menyalurkan hobinya, dan sebagainya.
d)     Fase Genital
Fase genital adalah fase di mana individu mendapat hasrat seksual yang semakin besar terhadap lawan jenis. Hal ini dikarenakan matangnya organ-organ reproduksi dan meningkatnya hormone-hormon yang menghasilkan seks sekunder. Yang sering menjadi sasaran energi libido adalah lawan jenis. Karakter ini dimiliki oleh orang yang mampu mengembangkan hubungan seksualnya, tapi tetap dengan penuh tanggung jawab.
E.     Penerapan Psikoanalisa dalam Psikoterapi.
Ada beberapa teknik psikoanalisa yang diterapkan dalam psikoterapi melalui beberapa kasus nyata, yakni:
1)      Penggunaan asosiasi bebas
Asosiasi asosiasi bebas dari seseorang berupa pemikiran dan perasaan akan muncul melalui proses represi dan motivasi pada alam bawah sadar yang secara perlahan akan naik kea lam sadar dengan penggunaan energi psikis lebih banyak untuk tujuan penyesuaian. Namun dlam keadaan tidak sadar seseorang akan melakukan penolakan terhadap represi yang dilakukannya. Maka dari itu memunculkan kesadaran adalah penting, sebagai syarat utama keberhasilan terapi.
2)      Analisis mimpi
Melalui analisis dan penafsiran mimpi, seseorang akan memperoleh pengetian yang jauh lebih besar terhadap konflik-konflik yang menjadi penyebab munculnya gejala-gejala dari segala perkara yang dialaminya.
3)      Analisis transferensi
Pada analisis ini, yang terpenting adalah seseorang mampu mengarahkan rasa cinta dan bencinya pada sesuatu kepada terapeut.  Transferensi berlangsung secara tidak sadar. Tarnsferensi membantu seseorang untuk memahami pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan yang muncul pada alam mimpi.
4)      Reeduka
Terapi ini merupakan terapi yang oaling sulit karena memakan biaya dan waktu yang banyak dan mempunyai beberapa kekurangan. Namun bagi Freud dan pengikutnya, teknik terapi itu adalah sebagai pelopor dan penyumbang yang besar dalam upaya meringankan penderitaan manusia.









BAB III
KESIMPULAN

3.1.Kesimpulan.
Kata personalit dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Sigmund Freud mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego  dan  super ego.  dan tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut. Freud menyatakan bahwa ada lima tahapan psikoseksual, yaitu oral, anal, phallic, laten, dan genital.
Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya:
·         Represi (Repression)
·         Kompensasi (Compensation)
·         Konversi (Conversion)
·         Penyangkalan (Denial)
·         Memindahkan (Displacement)
·         Disosiasi (Dissociation)
·         Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
·         Identifikasi (Identification)
·         Introyeksi (Introjection)
·         Negativisme (Negativism)
·         Proyeksi (Projection)
·         Rasionalisme (Rationalization)
·         Pembentukan Reaksi (Reaction Formatio