TEKNIK
NEGOSIASI UNTUK SUKSES
1. PENGANTAR
Seringkali orang awam akan menangkap
kesan bahwa negosiasi merupakan istilah lain untuk mengatakan “keterlibatan
dalam konflik”. Namun menurut Oxford Dictionary negosiasi didefinisikan
sebagai : “pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi
atau kesepakatan … untuk mengatur atau mengemukakan.” Istilah-istilah lain
kerap digunakan pada proses ini seperti : pertawaran, tawar-menawar,
perundingan, perantaraan atau barter.
Dengan kata lain negosiasi adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua
belah pihak. Negosiasi diperlukan ketika kepentingan seseorang atau suatu
kelompok tergantung pada perbuatan orang atau kelompok lain yang juga memiliki
kepentingan-kepentingan tersebut harus dicapai dengan jalan mengadakan
kerjasama. Negosiasi adalah pertemuan antara du pihak dengan tujuan mencapai
kesepakatan atas pokok-pokok masalah yang :
·
Penting dalam pandangan kedua belah
pihak
·
Dapat menimbulkan konflik di antara kedua
belah pihak
·
Membutuhkan kerjasama kedua belah pihak
untuk mencapainya.
Dalam
konteks bisnis/ kerja, negosiasi terjadi antara
ü majikan
dan karyawan [upah, fasilitas]
ü duta
penjualan dengan pembeli di seputar harga dan kontrak
ü departemen
sehubungan dengan alokasi sumber daya
Negosiasi tidaklah untuk mencari
pemenang dan pecundang; dalam setiap negosiasi terdapat
kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan
kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi
kepentingan bersama. [Ron Ludlow & Fergus Panton 2000 : 141 – 142]
2. MENGEMBANGKAN
FILOSOFI SAMA-SAMA MENANG DALAM NEGOSIASI
Masing-masing pihak di dalam suatu
negosiasi tentu ingin menang. Negosiasi yang berhasil berakhir dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh
kedua pihak. Setiap kali seorang negosiator mengancangi suatu situasi
pertawaran dengan gagasan, “ Saya harus menang, dan benar-benar tidak peduli
tentang pihak lawan”, maka bencana pun sudah diambang pintu. Konsep negosiasi
sama-sama menang tidak sekadar didasarkan pada pertimbangan etika. Pihak yang mengakhiri
suatu negosiasi dengan perasaan bahwa ia telah tertipu mungkin berusaha
membalas dendam belakangan.
Negosiasi sama-sama menang secara
sederhana adalah “bisnis yang baik”. Ketika pihak-pihak yang berkepentingan di
dalam suatu perjanjian merasa puas dengan hasilnya, mereka akan berusaha
membuat perjanjian itu berhasil, tidak sebaliknya. Mereka pun akan bersedia
untuk bekerja sama satu sama lain pada masa datang. Barangkali anda bertanya,
“Bagaimana saya bisa menang di dalam suatu negosiasi bila saya membolehkan
pihak lawan juga memenuhi kebutuhan mereka?”. Jawaban pertanyaan ini terletak
pada ,kenyataan bahwa orang yang berbeda mempunyai kebutuhan yang berbeda. Bagi
sebagian orang, kata kompromi mempunyai maknayang negatif. Bagi yang lain, kata
ini menggambarkan prinsip beri/ terima yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
Umumnya tidak mungkin untuk mendapatkan
sesuatu secara gratis – tampaknya selalu ada harga atau konsesi yang harus
dibuat untuk menerima apa yang anda inginkan. Kata kompromi secara sederhana berarti
membuat dan/ atau menerima konsesi [kelonggaran] [Robert B. Maddux 1991 : 12 –
16]
Keberhasilan negosiasi pada intinya
dapat ditingkatkan dengan sudut pandang pendekatan yang tepat. Bagian-bagian
berikut memberikan tuntunan yang memadai di bawah sub-sub judul :
A. Pokok
masalah yang dinegosiasikan
Waspadai adanya beberapa konteks dimana negosiasi
tidak tepat untuk diadakan :
1) Menegosiasikan
syarat-syarat perdagangan yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan aturan yang
tegas
2) Menegosiasikan
pokok-pokok yang mengabaikan peraturan mengenai diskriminasi ras, jenis
kelamin, atau diskriminasi lainnya.
3) Menegosiasikan
prosedur dan tata-tertib perusahaan
4) Menegosiasikan
keputusan perusahaan yang telah diumumkan.
5) Mengadakan
negosiasi ketika semua pihak tidak hadir
B.
Persiapan negosiasi
Setelah memastikan persoalan yang dapat
Anda negosiasikan, maka selanjutnya adalah menentukkan apa yang Anda ingin
capai, dan dengan siapa, pada setiap tahap negosiasi. Kenalilah tujuan-tujuan
Anda, faktor-faktor yang sangat penting, dan hal-hal yang dapat Anda relakan
dalam kondisi tertentu. Hanya setelah Anda menentukkan sasaran Anda, maka dapat
dimulai mempersiapkan negosiasi.
Dengan waktu yang Anda miliki,
usahakanlah untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang pihak lain :
a) Apakah
dia independen atau bagian dari suatu tim?
b) Apakah
dia memiliki wewenang untuk membuat keputusan tanpa harus mengadakan rujukan
balik?
c) Jenis
orang seperti apakah dia?
d) Bagaimana
tingkat pengalamannya sebagai seorang negosiator?
e) Jenis
pendekatan apa yang mungkin digunakan untuk mencapai hasil terbaik?
f) Apakah
kepentingan-kepentingannya, dan dengan urutan prioritas yang bagaimana?
g) Perilaku
seperti apa yang dapat Anda harapkan dari orang tersebut?
C.
Mencapai suasana yang tepat
Suasana diciptakan dalam waktu yang sangat singkat :
beberapa detik atau menit. Suasana dipengaruhi oleh hubungan antara pihak-pihak
pada waktu lampau, harapan mereka saat ini, sikap persepsi, dan keahlian yang
mereka miliki dalam bernegosiasi. Suasana dipengaruhi oleh konteksi pertemuan,
lokasi, penataan tempat duduk, tingkat formalitas, penataan ‘domestik’.
Pada periode ice-breaking, Anda hendaknya berupaya
untuk menciptakan suasana yang hangat, bersahabat, penuh kerja sama, dan
praktis. Komunikasi verbal maupun non verbal [spt kontak mata] yang bersahabat
dapat membantu menciptakan kondisi yang membuat orang-orang termotivasi untuk
bekerja sama ; demikian pula sebalinya.
D.
Taktik-Taktik Negosiasi
Negosiator yang berpengalaman akan
mencari kerjasama dalam topik-topik yang netral; negosiator yang mencari
kekuasaan, akan berusaha untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, serta
prioritas dan perhatian Anda. Setelah menentukan tujuan-tujuan Anda, strategi
dan kekuatan relatif tawar menawar Anda, pendekatan apa yang Anda ingin gunakan
dalam proses negosiasi? Taktik-taktik apa yang akan Anda gunakan?
1) Apakah
Anda membuka dengan mengajukan permintaan-permintaan Anda terlebih dahulu atau belakangan?
2) Bagaimana
Anda mengambil inisiatif?
·
dengan bersiteguh atau tidak mau
berkompromi?
·
Dengan mengajukan argumen yang kuat,
bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang adil?
3) Rencana
cadangan apa yang Anda miliki untuk menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan?
Menghentikan negosiasi? Kembali pada
unsur pokok untuk mendapatkan tuntunan? Menyetujui, tetapi kemudian tidak
menepati kesepakatan tersebut? Apakah konsekuensi dari setiap tindakan ini dalam
jangka pendek/ dalam jangka panjang, dalam kaitan dengan kredibilitas Anda dan
kekuatan tawar menawar pihak lain?
4) Apakah
yang Anda ketahui mengenai individu-individu dalam tim lain? Kekuatan dan
kelemahan mereka? Kepribadian mereka? Apakah mereka memilih gaya tertentu yang
dapat Anda serang?
5) Bagaimana
kemahiran mereka dalam menggertak? Bagaimana dengan kemahiran Anda
sendiri?Apakah gertakan merupakan taktik yang bermanfaat dalam situasi
tertentu?
6) Apakah
Anda yakin dapat membedakan antara fakta, opini, asumsi, dan rumor? Akankah
pihak lain menerima fakta-fakta yang Anda miliki?
7) Bagaimana
Anda dapat menjual keuntungan-keuntungan proposal Anda dengan sebaik-baiknya?
8) Bagaimana
Anda dapat menjelaskan dengan sebaik-baiknya konsekuensi-konsekuensi yang tidak
menyenangkan apabila pihak lain menolak usul Anda?
9) Bagaimana
Anda menangani kelemahan proposal/ argumen Anda?
10) Apakah
argumen Anda masuk akal / logis, atau lebih bersifat emosional? Atau di antara
keduanya? Dimana Anda dapat menggunakan salah satu argumen di atas dengan
sebaik-baiknya.
11) Kapan
saat terbaik untuk mengajukan proposal Anda? Bagaimana agar Anda dapat
menggunakan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya?
12) Dimana
Anda ingin negosiasi tersebut diadakan? Dikandang sendiri? Di kandang mereka
[lawan]? Ditempat netral?
13) Siapakah
yang Anda inginkan untuk memimpin pertemuan? Anda atau mereka?
14) Bagaimana
seharusnya tingkat realitas permintaan pertama Anda? Anda ingin mengajukan
suatu permintaan pembukaan? atau menggunakan pendekatan problem solving ?
15) Pada
tahap apa sebaiknya Anda memberikan informasi? atau menahannya?
16) Apakah
Anda memiliki kemampuan teknis/ know how dalam menegosiasikan pokok-pokok
persoalan secara efektif? di mana Anda dapat memperoleh dukungan dalam bidang
tersebut, jika perlu?
17) Apakah
Anda memiliki kemampuan sosial dalam mengelola hubungan Anda dengan pihak lain?
Berkali-kali laporan media massa
dipenuhi dengan berita-berita emosional, seperti negosiasi mengalami ‘jalan
buntu’/ deadlock , tuntutan-tuntutan, walk-out, dsb. Situasi-situasi semacam
itu sebagian besar terjadi karena pihak-pihak yang bernegosiasi bersikeras
menyatakan dan mempertahankan posisi mereka, jelas, dalam situasi demikian
negosiasi sama sekali tidak akan mencapai kemajuan. Pendirian ini lebih sering
disertai kepentingan pihak-pihak yang dilalaikan, dengan hasil kesepakatan
akhir yang tidak memuaskan pihak manapun.
Oleh karena itu, golden rule dalam
bernegosiasi adalah selalu menegosiasikan kepentingan bukan pendirian
[position]; jangan mengambil suatu pendirian kecuali jika hal itu bermanfaat
bagi kepentingan-kepentingan tsb. Bukan tujuan-tujuan pribadi anda dalam
negosiasi – Anda adalah seorang duta bukan seorang individu.
E.
Gaya-gaya
negosiasi.
Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan
dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan.
1) Arah
berbicara tentang cara kita menangani informasi.
i.
Mendorong [push] :
memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik,
bertindak sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks
negosiasi.
ii.
Menarik [pull] : mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman,
meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita.
2) Kekuatan
berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yang semula.
i.
Bersikap keras : kita
ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur, tidak akan
menerima tawaran apapun – kita mengejar sasaran yang tinggi –
ii.
Bersikap lunak : kita
mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan diri – sasaran
yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa
persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini
memberikan petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi prioritas.
3.
PRASYARAT
NEGOSIASI YANG EFEKTIF.
Dalam negosiasi tingkat formalitas bersifat tidak formal.
Sifat proses yang dijalankan dalam negosiasi menyangkut mufakat para pihak.
Prinsip yang dijalankan dalam negosiasi bersifat tertutup. Hasil akhir dari
negosiasi berupa kesepakatan, yang bearasal dari musyawarah mufakat, menuju
perdamaian para pihak yang bermasalah atau bersengketa.
Dalam negosiasi harus memenuhi prasyatat yang
efektif. Para pihak yang bernegosisi harus secara sukarela berdasarkan
kesadaran yang penuh (willingness). Para pihak siap melakukan negosiasi
(preparedness). Para pihak yang bernegosiasi mempunyai wewenang mengambil
keputusan (authoritative). Para pihak yang bernegosiasi memiliki kekuatan yang
relative seimbang, sehingga dapat menciptakan saling ketergantungan (relative
equal bargaining power). Para pihak yang bernegosiasi mempunyai kemauan
menyelesaikan masalah. Para pihak yang bernegosiasi mengikutsertakan seluruh
stakeholders (stakeholdership). Para pihak yang bernegosiasi melakukan
pembahasan permasalahan secara menyeluruh (comprehensive).
Dalam kemauan menyelesaikan masalah, biasanya
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu terdapat Best Alternative to a
Negotiated Agreement (BATNA). BATNA merupakan standar dalam melakukan negosiasi
yang diperlukan suatu standar yang menetapkan kesepakatan apa yang perlu
dilakukan. Standar yang dapat melindungi para pihak dari menerima kondisi yang
tidak Favourable dan dalam menolak kondisi yang tidak sesuai dengan kepentingan
(interest). BATNA ini dapat mempengaruhi para pihak ragu akan hasilnya,
sehingga terdorong untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi. Pengaruh yang
lainnya, karena terdapat situasi yang mendesak yang berbeda-beda sesuai
kebutuhan bagi setiap pihak, dan tidak mempunyai kendala psikologi yang besar.
4.
TAHAPAN
PROSES NEGOSIASI.
Pertama, tahap orientasi dan mengatur posisi. Para
perunding memulai dengan membuat kontrak antara satu dengan yang lainnya. Dalam
tahap membuka kontrak ini hubungan mulai terdifinisikan dan terbina
(established). Dalam tahap mengatur posisi, biasanya para perunding berbicara
secara umum tentang kekuatan dari kasus mereka.
Kedua, tahap argumentasi. Para pihak berusaha
mengetahui posisi sesungguhnya dari perunding lawan, seraya mencoba
menghindarkan diri dalam membuka posisi mereka yang sesungguhnya.
Ketiga, tahap sikap dalam keadaan darurat dan
kritis. Perunding biasanya berada di bawah tekanan apabila mendekati batas
waktu. Oleh karenanya, kesadaran salah satu atau kedua belah pihak saling
memberikan isyarat tentang konsesi seperti apa dan bagaimana yang perlu
dikembangkan oleh para perunding.
Keempat, tahap merancang kesepakatan atau
menjalankan upaya alternative apabila tidak tercapai kesepakatan. Para pihak
mempersiapkan akhir kesepakatan, serta meyakinkan masing-masing pihak dan/atau
pihak yang diwakilinya tentang desirabiloity dari kesepakatan tersebut.
Perundingan selalu dimulai dengan solusi. Para pihak
saling mengusulkan solusi dan saling menawar sampai mereka menemukan satu titik
yang dapat diterima bagi keduanya. Perundingan selalu dimulai dengan
mengembangkan dan menjaga hubungan. Para pihak mendidik satu sama lain akan
kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan persoalan berdasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan / kepentingan. Tujuan perundingan adalah win-win
solution. Kebutuhan dari seluruh pihak
harus dibahas dalam rangka mencapai tujuan. Para perunding adalah “ penyelesai
masalah “, yang kooperatif. Para perunding wajib menjaga/ membangun pola
hubungan positif selama perundingan. Para perunding harus menyiapkan beberapa
pilihan penyelesaian yang memjuaskan, dan kepercayaan diri harus tetap dijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar