BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.
Psikologi kepribadian adalah salah satu
cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu
dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material
dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran
kepada benda-benda maupun manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan
berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulai bermunculan
tokoh-tokoh beserta teori-teori yang mendukung penjelasan mengenai kepribadian
manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami
kepribadian dan watak manusia adalah teori Galenus.
Etika merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang. Melalui cara beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui
sifat dan ciri kepribadian dari orang lain.Dalam pembentukan etika ini banyak
sekali faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal.
Sifat bawaan dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling
berpengaruh pada etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor
keturunan atau genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu
berada.
Apabila seseorang berada pada lingkungan
yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan beretika tinggi
layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila seseorang berada pada
lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan beretika
layaknya orang-orang disekitarnya berada. Hal ini sangat sesuai dengan
kata-kata bijak yang mengatakan ”at the first you make habbit at the last
habbit make you”, yang berarti bahwa pada awalnya kamu membuat suatu kebiasaan,
pada akhirnya kebiasaan itulah yang membentuk dirimu” (zero to hero;26).
Pada dasarnya kepribadian dari diri
seseorang merupakan suatu cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai
kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam
kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif
yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi
tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang
rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada
diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma
dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai
kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan besarnya tantangan
dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang yang semakin ditempa oleh tantangn dan
cobaan menjadi semakin kuat dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada
pula seseorang yang semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin
terpuruk dan putus asa. Oleh karena itu dalam makalah tentang kepribadian ini
kami mengangkat judul ”Konsep Kepribadian”.
1.2.Tujuan.
A. Tujuan umum.
Diketahuinya
Konsep
Kepribadian.
B. Tujuan Khusus
Adapan tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Di ketahuinya arti dan defenisi kepribadian
2. Di ketahuinya Sigmund Freud: Teori Kepribadian Psikoanalisa.
3. Di ketahuinya Struktur Kepribadian Manusia.
4. Di ketahuinya Defence
Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri):
Sigmund
Freud.
5. Di ketahuinya Dinamika Kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Arti Dan Defenisi Kepribadian.
A.
Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kata personalit
dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya
kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para
pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya,
kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial
tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang
mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran
sosial yang diterimanya.
Kepribadian juga
sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu,
yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi
individu-individu lainnya.
B.
Kepribadian menurut psikologi
Terdapat
beberapa defenisi kepribadian dari beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah
:
1)
George Kelly
George
Kelly memandang Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
2)
Gordon Allport
Gordon
Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri
individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu
yang bersangkutan.
3)
Sigmund Freud
Sigmund
Freud mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
sistem, yakni id, ego dan super ego. dan
tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga
sistem kepribadian tersebut.
4)
Woodworth (Yusuf dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa kepribadian
merupakan “kualitas total individu”
5)
Dashiell (Yusuf dan juntika, 2007) mendefinisikan sebagai” gambaran total
tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”
6)
Lawrence pervin, 1984.
mendefinisikan
personality sebagai “personality represents those characteristics of the
person or of people generally that account for consistent pattern of behavior”.
Pengertian tersebut menurut pervin didasarkan pada hakikat manusia yaitu; (a) manusia
itu unik dibanding species lain,seperti bisa berbicara, berpikir, manusia lebih
lambat dalam hal kematangan/maturity dibanding species lain (b) perilaku
manusia bersifat komplek, jadi untuk memahaminya harus memahami kompleksitas
tingkah laku manusia, kadang situasi yang sama bisa dipahami berbeda oleh
individu yang berbeda, dan perilaku yang sama mungkin dilatarbelakangi hal yang
berbeda dari beberapa orang;(c) perilaku tidak bisa dilihat seperti apa yang
tampak, (d) manusia tidak selalu menyadari dan bisa mengontrol apa yang
menetukan perilakunya,manusia tidak selalu bisa menjelaskan mengapa dia
berperilaku yang sebenarnya berlawanan dengan perilakunya.
7)
Derlega dkk, 2005.
Mendefinisikan kepribadian
sebagai “ the system of induring, inner characteristic of individual that
contributes to consistency in their thoughts, feelings, and behavior”
(kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/ stabil mengenai karakter
internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam
pikiran,perasaan dan tingkah laku). Derlega menjelaskan tiga poin penting yang
terkandung dalam pengertian kepribadian yaitu (a) Enduring artinya
kepribadian merupakan karakteristik individu berjalan lama, relatif stabil
dalam rentang waktu yang lama, untuk menjelaskan kestabilan respon individu,
para ahli membedakan antara istilah trait dengan state, kalau state hanya
sementara waktu, hanya respon seseorang pada situasi sekarang, sedangkan traits
merupakan respon yang relatif stabil dan berjalan lama yang merupakan respon
seseorang untuk mereaksi dalam berbagai kondisi. Maksudnya stabil bukan berarti
kepribadian tidak bisa berubah, namun perubahan kepribadian biasanya nampak
secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang lama (b) kepribadian Inner
atau intrapersonal. Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang
berfikir, merasa dan berperilaku yaitu yang pertama yang ada di luar individu,
sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam berupa atribut dan proses yang
terjadi di dalam individu, jadi perilaku merupakan kombinasi dari 2 fungsi
yakni diri dan lingkungan, dalam hal ini ahli psikologi kepribadian berpendapat
bahwa faktor intrapersonal memiliki peran yang lebih dalam pembentukan
perilaku, mereka lebih fokus dalam memperlajari karakteristik dan proses interpersonal.
(c) kepribadian menyangkut konsistensi dalam perilaku.
8)
Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007).
Mendefinisikan kepribadian
sebagai “ dynamic organization within the individual of those psychophysical
systems that determine his unique adjustment to his environment”
(kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang
sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap
lingkungannya). Pengertian menurut Allport bisa dijelaskan bahwa kepribadian
berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari waktu ke waktu, situasi
ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku (b) Organization
artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur kepribadian
yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterrelasi (c)
kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan,
yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam
individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d)
determine menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan
mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau keragaman
tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
9)
Teori kepribadian menurut syamsu dan Juntika merupakan seperangkat asumsi
tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya.
10)
Pervin Teori kepribadian merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan “
What, how dan why” What terkait dengan apa karakteristik seseorang dan
bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang
lain, seperti pertanyaan apakah dia jujur, apakah dia memiliki kebutuhan
berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how terkait dengan faktor yang
mempengaruhi kepribadian, seperti bagaimana faktor genetis dan faktor
lingkungan berinteraksi dalam membentuk tingkah laku. Sedangkan why merujuk
pada alasan mengapa seseorang berperilaku,berkaitan dengan faktor motivasi yang
menyebabkan seseorang melakukan seseuatu. Seperti pertanyaan mengapa siswa
mengerjakan tugas dari gurunya dengan baik?
2.2.Sigmund Freud: Teori Kepribadian Psikoanalisa.
Dalam teori
psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian
ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
A.
Id.
Id/das es adalah
sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak
sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem
terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam
menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Id
merupakan sistem yang paling pokok dan mendasari kedua system yang lainnya. Dan
bisa dikatakan bahwa id merupakan pemasok energi bagi kedua sistem yang lainnya
untuk melakukan segala aktifitasnya. Id merupakan dunia batin yang tidak ada
hubungannya dengan dunia nyata. Sistem id berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir Adapun kelemahan dari sistem ini adalah tidak bisa mentoleransi pasokan
energi yang terlalu banyak, yang nantinya bisa menyebabkan meningkatnya
tegangan saraf masing-masing individu. Namun kelebihannya, meskipun id memiliki
kelemaahn ia tetap dapat mengatasinya sendiri. Yang artinya id mampu berusaha
mengurangi tegangan tinggi menjadikembali ke keadaan semula.
Untuk keperluan
mencapai maksud dan tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam
proses, proses yang pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu
bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera,
serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses
primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang
rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara
keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari
objek yang bisa mengurangi teganan.
Meningkatnya
tegangan yang ada pada masing-masing individu adalah karena adanya pengaruh
dari luar dan dari dalam diri manusia. pengaruh dari dalam adalah tergantung
dari sifat atau pembawaan sejak lahir dari tiap individu, sedangkan pengaruh
dari luar adalah pengaruh ligkungan serta pengaruh individu lainnya.
Untuk
mencapai tujuan id tersebut, terdapat dua macam proses, yaitu:
·
Tindakan refleks: suatu tindakan yang terjadi secra otomatis tanpa
direncanakan, dan munculnya dikarenakan kebiasaan dari tiap-tiap individu yang
menjalaninya. Misalnya: bersin, berkedip, dsb.
·
Proses pokok atau primer: suatu proses yang bisa mengurangi tegangan
dengan membentuk bayangan dari suatu objek yang melibatkan reaksi psikologi
yang terperinci yang hanya berasal dari dalam jiwa individu yang mengalami
tegangan tersebut. Misalnya: orang yang sedang lapar, emmbayangkan makanan.
Salah
satu contohnya lagi adalah misalkan ada seseorang yang ingin kaya. Ia akan
merasa terpuaskan jika berkhayal atau bermimpi memiliki harta yang berlimpah
ruah, hidup mewah tanpa terlalu bersusah payah mencarinya, dsb. Dari situlah
awalnya dapat dikatakan id adalah sistem yang dapat mengurangi tegangan.
B.
Ego
Ego adalah
sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek
tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki
dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan
oleh individu..
Ego dalam
menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah
organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi
yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
Di
dalam id dan ego sering terjadi konflik karena ego menghambat proses
perefleksian naluri-naluri yang berasal dari id. Menghambat di sini dalam
artian, ego tidak menghanbat naluri-naluri yang baik dan layak untuk
direfleksikan ke dalam kehidupan nyata. Namun, ego berusaha menghambat
naluri-naluri yang tidak layak untuk dan tidak dapat diterima oleh lingkungan.
C.
Superego
Superego/das
Uberich adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan
yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi
utama dari superego adalah :
1)
Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar
impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat.
2)
Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada
dengan kenyataan.
3)
Mendorong individu kepada kesempurnaan.
2.3.Struktur Kepribadian Manusia.
Manusia memiliki rasa
keingintahuan tentang dirinya sendiri. Keingintahuan tersebut berkisar antara
apa yang dirasakan, perilaku yang muncul, ataupun pemikiran. Sejak dahulu,
banyak sekali teori dan penelitian yang menyingkap tabir mengenai kejelasan
perilaku manusia, sebut saja Sigmund Freud yang bisa disebut sebagai “bapak
psikologi”, dimana dia meneliti manusia dengan pendekatan psikoanalisis. Freud
menganalisi sistem kepribadian manusia, dimana kepribadian adalah keseluruhan
cara manusia bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain (Robbin dkk, 2008) dan
kepribadian tersebut dapat dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur
yang ditunjukkan oleh seseorang.
Ada 4 teori kepribadian yang
masing-masing berasal dari pakar psikologi berbeda, yaitu:
1.
Teori
kepribadian psikoanalisis
Teori ini
dibangun oleh Sigmund Freud didasarkan pada keyakinan bahwa masalah-masalah
psikologis adalah akibat dari adanya konflik psikologis di luar alam sadar yang
dapat dilacak pada masa kecil (Nevid; Rathus; Green, 2003). Freud meyakini
bahwa banyak perilaku manusia yang terjadi karena konflik diluar alam sadar dan
konflik yang tidak disadari.
Freud
menambahkan tentang struktur pikiran dimana pikiran manusia adalah gunung es,
hanya puncak dari gunung es yang terlihat di permukaan. Sehingga disimpulkan
bahwa manusia hanya memperlihatkan dirinya pada taraf permukaannya saja, tetapi
isi dari diri harus diteliti lebih dalam. Isi dari pikiran manusia yang beruapa
ketakutan, kecemasan, harapan, dan dorongan tetap berada dibawah permukaan
kesadaran sehingga tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Struktur
kepribadian manusia menurut Freud terdiri dari id, ego, dan super ego. Id
adalah struktur psikis yang muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan
penyimpanan dorongan dan impuls instingstif dasar, mencakup rasa lapar, haus,
seks, dan agresi (Navid; Rathus; Green, 2003). Selama tahun pertama dalam
kehidupan manusia, seorang anak mempunyai id yang tidak dapat secara segera
dipuaskan dan dia harus menunggu agar id-nya terpuaskan. Contohnya jika seorang
anak haus, dia masih harus menunggu minuman/ susu dipersiapkan untuknya.
Tahap selanjutnya
ego mulai berkembang, dimana id dapat dikontrol karena terjadi proses
menyesuaikan diri dengan keadaan dilingkungan. Contohnya, dalam tahap
perkembangan seorang anak, saat dia merasa haus maka anak sudah bisa
memenuhinya sendiri dengan mengambil gelas dan meraih teko lalu menuangkan air
didalam gelas, setelah itu id-nya terpenuhi. Ego diatur oleh prinsip realitas,
dimana hal ini berkaitan dengan apa yang praktis dan mungkin dilakukan. Ego
melibatkan proses mengingat, menimbang, merencanakan situasi yang mungkin dapat
dilakukan saat id muncul.
Super ego muncul
pada tahap selanjutnya, dimana standar moral dan nilai-nilai dari orangtua
maupun orang disekitar anak diinternalisasi melalui proses identifikasi. Super
ego mempertimbangkan standar moral, etika, norma, dan agama. Pertimbangan
tersebut berfungsi sebagai penjaga dan mengawasi ego dari tindakan benar dan
salah.
Tahapan
perkembangan psikoseksual
Freud merupakan
pakar psikologi yang mencetuskan bahwa dorongan-dorongan seksual merupakan
faktor dominan dalam perkembangan kepribadian yang dimulai pada tahap
perkembangan anak-anak. Freud meyakini bahwa hubungan dasar anak dengan
lingkungannya ditahun pertama kehidupan terletak pada pencarian kepuasan
sensualitas dan seksualitas (Feist, 2006). Semua aktivitas yang menimbulkan
kepuasan secara fisik seperti makan, menggerakkan anus, pada intinya adalah
aktivitas “seksual”. Pandangan Freud ini disebut dengan eros, yang merupakan
dorongan dasar untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan. Eros yang
memungkinkan untuk memenuhi fungsinya disebut dengan libido atau energi
seksual. Freud menyatakan bahwa ada lima tahapan psikoseksual, yaitu oral,
anal, phallic, laten, dan genital.
a.
Tahap oral.
Pada tahun
pertama kehidupan, seorang bayi memperoleh kepuasan seksual dengan mengisap
payudara ibunya untuk mendapatkan ASI. Setelah itu bayi memasukkan benda apa
saja kedalam mulutnya. Keadaan ini menurut Freud adalah stimulasi oral dalam
bentuk mengisap dan menggigit dimasukkan dalam kepuasan seksual maupun makanan.
b.
Tahap anal.
Setelah tahap
oral, seorang anak memasuki tahap dimana dia mengalami pemenuhan kepuasan
seksual melalui konstraksi dan relaksasi otot-otot penggerak yang mengendalikan
kotoran dari tubuh. Pada awalnya anak belum dapat mengendalikan pemenuhan
keinginan untuk membuang kotoran, tetapi dengan toilet training akhirnya mereka
dapat belajar bagaimana menahan dan menunda kebutuhan tersebut.
c.
Tahap phallic.
Tahap ini
berpusat pada penis dan klitoris, dimana anak mulai menyadari bahwa mereka
memiliki rangsangan yang datang dari alat seksual, biasanya dengan cara menggesekkan
atau memegang.
d.
Tahap laten.
Pada tahap ini,
kepuasan seksual tahap phallic terlupakan karena anak-anak disibukkan dengan
bermain dan bersekolah.
e.
Tahap genital.
Dimulai pada
masa pubertas, dimana fungsi-fungsi seksual sudah matang dan akhirnya siap
untuk menikah.
2.
Teori
kepribadian behaviorisme.
Perspektif ini
fokus pada peran belajar dalam menjelaskan perilaku manusia. Beda dengan
psikoanalisis yang menyatakan tentang ketidaksadaran, perspektif ini menyatakan
bahwa kepribadian dapat diamati karena termanifestasi pada perilaku. Contoh
paling mudah dapat kita pelajari dari kehidupan sehari-hari, apabila seorang
anak biasa diberi hukuman oleh orang tuanya tanpa ada kejelasan kesalahan, maka
seorang anak belajar bahwa apapun yang dilakukan adalah salah dan pasti
mendapat hukuman. Teori ini meyakini bahwa perilaku manusia merupakan bawaan
genetis dan pengaruh lingkungan.
Psikolog Rusia
bernama Ivan Pavlov membuat sebuah eksperimen yang mendasari teori
behaviorisme. Pavlov menggunakan anjing untuk mempelajari respon air liur
anjing pada makanan, dan Pavlov berkesimpulan bahwa air liur anjing dapat
keluar bahkan sebelum anjing melihat makanan. Dalam eksperimennya Pavlov
membawa makanan anjing sambil membunyikan bel, pada saat anjing melihat makanan
air liurnya menetes. Setelah dilakukan terus menerus, Pavlov mencoba
membunyikan bel tanpa membawa makanan, ternyata air liur anjing tetap menetes.
Teori ini dinamkan dengan respon terkondisi (conditional response), dimana
peristiwa terjadi karena sudah dikondisikan.
Sedangkan BF.
Skinner mempunyai teori operant conditioning, dimana Skinner menguji cobakan
teorinya menggunakan burung merpati. Skinner membuat kotak yang didalamnya
diletakkan butiran-butiran jagung dan sebuah tombol bel. Saat burung
dimasukkan, maka dia akan mematuk jagung dan memakannya. Pada saat makanan
habis burung tetap mencoba mematuk-matuk yang akhirnya tidak sengaja menekan
tombol bel. Setelah bel berbunyi dimasukkan kembali butiran-butiran jagung ke
dalam kotak. Akhirnya, burung belajar bahwa jika menekan tombol bel maka
makanan akan datang.
Pada operant
conditioning, makhluk hidup membentuk sebuah respon yang menguatkan
(reinforcement) atau dapat dikatakan bahwa suatu tindakan dapat memunculkan
tindakan lain. Tindakan lain dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan,
istilahnya mendapatkan hadiah (reward) atau hukuman (punishment). Jika
mendapatkan hadiah, maka respon akan terus dikuatkan, sedangkan jika mendapat
hukuman maka respon akan dikurangi bahkan dihilangkan (Slamet; Markam, 2003)
Pendekatan
behaviorisme lainnya diungkapkan oleh Albert Bandura dengan teori
sosial-kognitif. Teori sosial-kognitif menekankan peran proses berpikir
(kognisi) dari mengamati atau menirukan (modeling) perilaku orang lain. Bandura
memandang bahwa manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Contohnya adalah
bagaimana seorang anak dapat berbicara dengan menirukan bunyi yang keluar dari
bibir orang tuanya. Contoh lainnya adalah seseorang akan berperilaku sama
dengan apa yang diajarkan oleh lingkungannya.
3.
Teori
kepribadian humanistic
Teori ini
berpendapat bahwa manusia adalah aktor dalam kehidupan, bukan reaktor. Carl
Rogers sebagai tokoh psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia memiliki
kecenderungan bawaan melakukan aktualisasi diri yaitu berjuang menjadi apa yang
mereka mampu. Manusia akan berpikir dan mencari mana hal yang terbaik bagi
dirinya berupaya jujur pada diri sendiri, tidak sekedar mengikuti lingkungan
atau termanipulasi oleh keadaan.
Tetapi
sayangnya, tidak semua manusia mampu melakukan aktualisasi diri dengan baik.
Hal tersebut dianggap Rogers karena manusia gagal melakukan evaluasi diri. Rogers
meyakini bahwa orang tua dapat membantu seorang anak mengembangkan kepercayaan
diri yang akhirnya menjadikannya mampu mengaktualkan diri dengan baik.
4.
Teori
kepribadian kognitif
Kognitif berasal
dari bahasa latin cognito yang artinya pengetahuan. Albert Ellis dan Aaron Back
merupakan dua teoritikus kognitif yang mempelajari bahwa kognisi –pikiran,
keyakinan, harapan, dan sikap- adalah hal yang nantinya mendasari perilaku
manusia. Mereka menyatakan bahwa kognisi merupakan setir bagi perilaku yang diperlihatkan
oleh manusia dan sekaligus menentukan keadaan emosi. Contoh saja, jika
seseorang beranggapan buruk atau negatif terhadap peristiwa yang dialami maka
wajar jika orang tersebut dilanda depresi, kecemasan, dan ketakutan
2.4.Defence Mechanism
(Mekanisme Pertahanan Diri): Sigmund
Freud
Sigmund Freud berpendapat apabila
kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya.
Berikut beberapa istilahnya:
A.
Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki
keinginan2, impuls2 pikiran, kehendak2 yang tidak sesuai dan mengganggu
kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam
bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan
pikiran2 yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak
sadar. Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan
sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh: seorang pemuda melihat kematian
temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini
disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut
amnesia organik).
B.
Kompensasi
(Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan
dirinya kepada mengejar suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam
usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya
dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan
sifat yang baik atau karena frustrasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan
secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi
dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh: anak yang tidak pandai di
sekolah, menjadi anak jagoan atau ditakuti oleh teman-temannya).
C. Konversi
(Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional
memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh: saat stress menjadi mudah marah,
teriak-teriak, atau berolahraga.
D. Penyangkalan
(Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang
menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara
tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa
suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas
yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
Contoh: seorang ibu tidak mau menerima
bahwa anaknya terbelakang mental sehingga anak tersebut dititipkan pada
saudaranya yang jauh.
E. Memindahkan
(Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang
tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ide2, objek2, atau orang2 lain
daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek
dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh: seorang anak yang dimarahi
ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.
F. Disosiasi
(Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang
menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses2 mental
dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau
otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek,
misalnya pada selektif amnesia.
Contoh: rasa sedih karena kematian
seorang kekasih dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia
sudah tidak menderita lagi”.
G. Fantasi
(Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau
tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan
diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai
pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang anak yang kurang pandai
lalu berkhayal dirinya menjadi bintang pelajar
H. Identifikasi
(Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang
mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain
(tabiat2nya meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan
harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contoh: seorang anak yang bersolek atau
berdandan seperti ibunya, atau malah bersolek seperti bintang iklan.
I. Introyeksi
(Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke
dalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh: seorang anak yang membenci
seseorang tapi “memasukkan” ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke orang
tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.
J. Negativisme
(Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif
terhadap permintaan2 yang ditujukan kepada seseorang. Negativisme aktif kalau
seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme pasif
kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan daripadanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan
tidak sesuai dengan minatnya maka ia sering bolos sehingga prestasinya menjadi
kurang.
K. Proyeksi
(Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang
melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat2nya sendiri yang tidak baik, atau
perasaan2 dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain
mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh: seorang murid tidak lulus lalu
mengatakan gurunya sentimen kepada dia.
L. Rasionalisme
(Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan
tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan
kepercayaan, keterangan, alasan2 (motivasi) dengan memberikan penjelasan dan
keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang
sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat
diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain
bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada
ulangan” (padahal takut kalah).
M. Pembentukan
Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil
kedalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari suatu objek, yang
kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya tidak
menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau
perilaku yang sebaliknya.
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap
hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka.
N. Regresi
(Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke
tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang
ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali
ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh: seorang anak yang sudah tidak
ngompol, mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai
menghisap jempol lagi setelah ia memiliki adik.karena merasa perhatian ibunya
terhadap dirinya berkurang.
O. Sublimasi
(Sublimation)
Proses dengan apa kehendak2 tidak sadar
dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai
sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang tidak dapat disalurkan menjadi
aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh: seseorang tidak suka berkelahi
kemudian ia menjadi atlet petinju.
P. Menghapuskan
(Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara
simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah dikerjakannya, atau pikiran yang
tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara simbolis menghapus
pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau
masyarakat.
Contoh: seorang suami yang berselingkuh
lalu ia memberi bermacam-macam hadiah kepada istrinya.
Q. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan
jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan2
lainnya. Bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya
diperkuat, biarpun ada kegagalan.
Contoh: seorang siswa yang mengeluh
bahwa dia tidak mempunyai buku2 pelajaran karena orangtuanya miskin dan tidak
bisa membelikannya, lagipula ibunya sakit2an.
2.5.
Dinamika Kepribadian.
Menurut
Freud, energi yang terdapat pada diri manusia adalah energi yang kompleks
diperoleh dari makanan dan digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti:
bernapas, kontraksi otot-otot, berpikir, mengamati, mengingat, dan sebagainya.
Energi manusia hanya dapat dibedakan berdasarkan pada system penggunaannya
yaitu: aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang digunakan untuk
aktivitas psikis disebut energi psikis. Namun energi fisik dapat diubah
menjadi energi psikis. Dan yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian
adalah id dan naluri-nalurinya (instink).
A. Naluri (instink).
Naluri
(instink) merupakan sumber perangsang bawaan yang berasal dari keadaan tegang
dan terangsang pada tubuh yang disebabkan oleh munculnya keinginan atau
kebutuhan yang menjadi alasan. Naluri memiliki peranan yang lebih penting
daripada pengaruh rangsangan dari luar. Naluri juga dapat diartikan sebagai
sejumlah energi psikis yang dipergunakan untuk menentukan keprbadian.
Naluri
pada tiap-tiap individu dapat berubah-ubah objeknya karena energi psikis dapat
dibalik arahkan terhadap objek lain. Naluri merupakan bentuk pengurangan
tegangan yang tiba-tiba meingkat dalam keadaan peka. Naluri selalu berusaha
menjaga keseimbangan organisme dengan memperbaiki dan mengatasi keadaan
kekurangan akan kepuasan.
Sistem
naluri adalah sistem yang berulang-ulang seperti bentuk lingkaran yang tidak
memiliki ujung. Setelah dalam keadaan tenang, akan terasa tegang, dan kemudian
kembali tenang lagi, begitulah seterusnya. Naluri dibedakan atas dua macam,
yaitu:
1) Instink-instink hidup (naluri kehidupan)
Naluri
kehidupan adalah naluri yang mengutamakan pengendalian ego dan pemeliharaan
kelangsungan jenis. Yang artinya naluri kehidupan ditujukan pada pemeliharaan
hidup manusia sebagai individu dan spesies. Contoh: lapar, haus, seks.
2) Instink-instink mati (naluri kematian)
Naluri
kematian adalah naluri yang menuju pada perusakan (naluri merusak), yang
artinya bahwa semua tujuan organisme adalah kembali kepada anorganis (semua
proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada
kehidupan).
Freud
menyatakan bahwa, naluri kematian bisa ditujukan pada dua arah, yakni kepada
dirinya sendiri (berupa tindakan menyakiti diri individu itu sendiri) dan
kepada orang lain (berupa tindakan membunuh atau menyakiti orang lain). Namun
pada hakikatnya, setiap orang pada alam bawah sadarnya memiliki kemauan untuk
mati (keinginan yang dijaga kuat-kuat oleh ego).
B. Distribusi dan
Penggunaan energi Psikis.
Dinamika
kepribadian terdiri atas energi psikis yang didistribusikan dan digunakan oleh
id, ego, dan superego untuk selalu bersaing dalam penggunaan energi karena
ingin menguasai atau mendapat energi yang lebih banyak dari energi lain
sehingga menjadi lebih kuat.
Pada
awalnya, id adalah penguasa utama atas eluruh energi psikis yang ada, dan
dimanfaatkan untuk tindakan refleks dan proses primer dalam pemuasan berbagai
keinginan atau kebutuhan. Namun id juga memiliki kelemahan dalam membedakan
objek-objek. Yang artinya objek-objek yang masih ada dalam bayangan tidak ada
bedanya dengan objek-objek nyata. Maka dari itu, untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
organisme, id membutuhkan bantuan ego.
Ego
berjalan melalui proses mekanis yang disebt dengan “identifikasi”. Dan untuk
melakukannya, ego mengambil energi dari id. Yang dimaksud dengan identifikasi
adalah suatu prose di mana manusia harus bisa membedakan antara objek-objek
dalam bayangan dengan objek-objek nyata. Dan identifikasi sebenarnya adalah
hasil dari sistem ego. Karenanya ego memiliki wewenang untuk menggunakan energi
psikis hanya untuk pemuasan akan kebutuhan tetapi juga untuk proses psikologis
lainnya. Maka tujun dari system ego tidak lain adalah untuk menciptakan
keharmonisan dalam kepribadian, yang membuat ego manusia menjalin hubungan
lebih baik dan efisien dengan dunia luar.
Dan selanjutnya
menunjuk pada superego. Untuk menjelaskan mekanisme identifikasi dalam
penyaluran energi kepada superego, perlu adanya contoh perefleksian dari
ketergantungan dari seorang anak terhadap orang tua. Seorang anak tidak
memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Maka dari
itu, orang tua harus berperan sebagai penyedia objek pemuas kebutuhan, dan juga
sebagai penanam nilai-nilai moral, adat istiadat, dan ideal-ideal yang berlaku
di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pada intinya penguatan dan penanaman
nilai-nilai moral terhadap anak, dapat menyebabkan seorang anak melakukan
identifikasi terhadap orang tuanya.
Kesimpulannya,
dengan adanya id, ego, dan superego yang memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan kepribadian antar individu.
C. Kecemasan
(ketakutan/kekhawatiran).
Dalam
dinamika kepribadian, sebagian besar fungsinya adalah untuk memuaskan kebutuhan
dengan menjalin hubungan dengan objek-objek dunia luar. Namun di dunia luar
terkadang terdapat bahaya yang mengancam yang menimbulkan reaksi terhadap
individu yang menghadapinya berupa kecemasan atau ketakutan. Umumnya orang yang
merasa terancam adalah orang yang penakut.
Freud
mengemukakan bahwa ada tiga macam kecemasan pada individu, yaitu:
1)
Kecemasan realistis: kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang
nyata (riel) yang terjadi di dunia luar.
2)
Kecemasan neurotis: kecemasan yang terjaid jika instink-instink tidak
dapat dikendalikan sehingga menyebabkan
pelakunya dikenakan hukuman.
3)
Kecemasan moral: kecemasan yang muncul karena tekanan superego terhadap
ego individu yang telah melakukan pelanggaran moral-moral kehidupan yang
berlaku.
Adapun
fungsi kecemasan atau ketakutan adalah untuk memperingatkan individu akan
datangnya bahaya, yang apabila isyarat tersebut tidak diperhatikan maka kecemasan
tersebut akan semakin meningkat. Bahkan isa menyebabkan ketakutan traumatis
(ketakutan-ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan
efektif.
D.
Perkembangan Kepribadian.
Perkembangan
kepribadian dalam teori psikoanalisa dilandasi oleh dua pernyataan, yakni:
1)
Pernyataan bahwa kepribadian terbentuk dari bayangan pengalaman pada
masa awal
kanak-kanak.
2)
Energi seksual (libido) sudah ada sejak lahir yang kemudian berkembang
melalui berbagai tahapan psikoseksual yang berasal dari proses-proses naluriah
organisme.
Manusia
memiliki empat fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang menentukan
kepribadian individu, yaitu:
a)
Fase Oral
Fase
oarl adalah fase perkembangan yang etrjadi pada tahun pertama dari kehidupan
individu. Pada fase ini daerah erogen yang paling peka adalah mulut, yag
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air.. rangsangan
yang terjadi pada mulut adalah pada saat menghisap makanan atau minumannya.
Fase oral berakhir saat bayi tidak lagi memperoleh asupan gizi secara langsug
dari ibunya.
b)
Fase Anal
Fase
anal merupakan tahapan perkembangan dari tahun kedua sampai ketiga dalam
kehidupan. Pada fase ini energi libidal difokuskan ke daerah dubur, yang
kepuasannya diperoleh dari keinginan mempermainkan atau menahan kotoran, orang
tua harus memperkenalkanaturan-aturan kebersihan kepada anak.
Tata
cara penerapan orang tua terhadap anak tentang toilet training:
1.
Cara penerapan yang memaksa, yang menyebabkan anak akan memiliki kepribadian yang kaku, keras kepala, dan sebagainya
dalam hal kebersihan.
2.
Ada kalanya orang tua memberikan kebebasan terhadap anak saat membuang
kotoran, maka anak akan memiliki kepribadian yang anal aggressive.
c)
Fase Falik
Fase
falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima. Anak-anak pada fase ini
mengalami yang dinamakan dengan Oedipus complex (hasrat seorang anak yang
ingin memiliki orang tua lawan jenisnya untuk memenuhi kepuasan seksualnya). Hal
ini tidak akan terjadi jika ia mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang
sesuai dengan jenis kelaminnya.
Setelah
fase ini berakhir, anak-anak akan memasuki masa tenang (masa pubertas). Di sini
anak-anak cenderung melakukan aktivitas yang non seksual, misalnya: bergaul
dengan teman-temannya, menyalurkan hobinya, dan sebagainya.
d)
Fase Genital
Fase
genital adalah fase di mana individu mendapat hasrat seksual yang semakin besar
terhadap lawan jenis. Hal ini dikarenakan matangnya organ-organ reproduksi dan
meningkatnya hormone-hormon yang menghasilkan seks sekunder. Yang sering
menjadi sasaran energi libido adalah lawan jenis. Karakter ini dimiliki oleh
orang yang mampu mengembangkan hubungan seksualnya, tapi tetap dengan penuh
tanggung jawab.
E.
Penerapan Psikoanalisa dalam Psikoterapi.
Ada
beberapa teknik psikoanalisa yang diterapkan dalam psikoterapi melalui beberapa
kasus nyata, yakni:
1)
Penggunaan asosiasi bebas
Asosiasi
asosiasi bebas dari seseorang berupa pemikiran dan perasaan akan muncul melalui
proses represi dan motivasi pada alam bawah sadar yang secara perlahan akan
naik kea lam sadar dengan penggunaan energi psikis lebih banyak untuk tujuan
penyesuaian. Namun dlam keadaan tidak sadar seseorang akan melakukan penolakan
terhadap represi yang dilakukannya. Maka dari itu memunculkan kesadaran adalah
penting, sebagai syarat utama keberhasilan terapi.
2)
Analisis mimpi
Melalui
analisis dan penafsiran mimpi, seseorang akan memperoleh pengetian yang jauh
lebih besar terhadap konflik-konflik yang menjadi penyebab munculnya
gejala-gejala dari segala perkara yang dialaminya.
3)
Analisis transferensi
Pada
analisis ini, yang terpenting adalah seseorang mampu mengarahkan rasa cinta dan
bencinya pada sesuatu kepada terapeut. Transferensi berlangsung secara
tidak sadar. Tarnsferensi membantu seseorang untuk memahami
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan yang muncul pada alam mimpi.
4)
Reeduka
Terapi ini merupakan terapi yang oaling
sulit karena memakan biaya dan waktu yang banyak dan mempunyai beberapa
kekurangan. Namun bagi Freud dan pengikutnya, teknik terapi itu adalah sebagai
pelopor dan penyumbang yang besar dalam upaya meringankan penderitaan manusia.
BAB III
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan.
Kata personalit
dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya
kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para
pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata
persona ini berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial
tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang
mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran
sosial yang diterimanya.
Sigmund Freud
mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem,
yakni id, ego dan super ego. dan tingkah laku
menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem
kepribadian tersebut. Freud menyatakan bahwa ada lima tahapan psikoseksual,
yaitu oral, anal, phallic, laten, dan genital.
Sigmund Freud berpendapat apabila
kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya.
Berikut beberapa istilahnya:
·
Represi (Repression)
·
Kompensasi
(Compensation)
·
Konversi (Conversion)
·
Penyangkalan (Denial)
·
Memindahkan
(Displacement)
·
Disosiasi
(Dissociation)
·
Fantasi (Fantasy) atau
Khayalan (Image)
·
Identifikasi
(Identification)
·
Introyeksi
(Introjection)
·
Negativisme
(Negativism)
·
Proyeksi (Projection)
·
Rasionalisme
(Rationalization)
·
Pembentukan Reaksi
(Reaction Formatio