Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan
kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang
saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan
berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah
(buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi
gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah,
"Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan
(dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku
tak akan bersama kalian lagi!"
Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa,
merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah,
sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang
bencana.
Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera
kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika
terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah
untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap
ayat-ayat Allah.
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan
terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat,
menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada
Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan
manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata,
'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa
bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh
wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah
kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh
negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki
harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu
ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang
diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya
kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi
kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."
"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak
mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan
katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan
selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang zalim'."
Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan
menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita
hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita
lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya
Allah, kami kembali kepada-Mu. Wallahu a'la
Sumber/republika.com
Rabu, 26 Februari 2014
Minggu, 16 Februari 2014
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI GARMEN
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI GARMEN BERKAITAN
DENGAN
KELUHAN MUSKULOSKELETAL
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Program
Perkembangan
teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak
negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin
timbul (Depkes, 2009).
Hal ini tidak
akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi
kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan ergonomik (Depkes RI, 2009)
Produk garmen merupakan salah satu komoditi yang sangat
potensial untuk dikembangkan di pasar global. Kebutuhan produk tekstil dan
pakaian jadi (garmen) akan terus meningkat dari tahun ketahun. Mengingat
potensi pasar yang demikian besar maka persaingan produk garmen di pasar
duniapun sangat ketat. Untuk itu negara-negara eksportir garmen dituntut untuk
memiliki produktifitas, kualitas, dan daya saing yang tinggi (Fitrihana, 2008).
Proses pembuatan garmen dimulai dari pengecekan kain di
ruang penyimpanan kain kemudian proses disain dan pembuatan pola, grading dan
marker, kemudian dilanjutkan ke proses pembuatan sample dan pemotongan kemudian
dilakukan proses pengepresan. Setelah
bagian-bagian yang terpotong tadi dipres maka dilanjutkan ke proses produksi
(penjahitan). Proses penjahitan ini dilakukan per piece (bagian) sehingga
untuk menjahit satu kemeja terkadang bisa mencapai 100 variasi proses
penjahitan. Oleh karena iti produksi garmen dikenal dengan proses
piece to piece (Fitrihana, 2008).
Setelah
dijahit maka dilanjutkan proses penyempurnaan /penyelesaian akhir, seperti
pemasangan kancing, label, pembersihan dan penyetrikaan dan kemudian dilakukan
pengepakan dan pengiriman ke konsumen. Karakteristik pekerjaan di
industri garmem umumnya adalah proses material handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk
dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan
kerja tinggi pada satu jenis otot, bertinteraksi dengan benda tajam seperti
jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas di bagian pengepresan
dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma khas kain, terpaan
kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya (Fitrihana, 2008). Hal ini dapat menimbulkan gangguan /
cedera yang bersifat ergonomik pada pekerja.
Keluhan Muskuloskeletal Disease (MSD)
yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri leher,
nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan
timbulnya MSD yaitu posture yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan,
pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007 dikutip dari Fitrihana, 2008 ). Level MSD dari yang paling ringan
hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan
kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.
Untuk itu diperlukan suatu upaya
pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Pencegahan
terhdap MSD akan memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan
kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007 dikutip dari Fitrihana, 2008).
Setiap
pekerja berhak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai modal yang azasi
untuk dapat menjalankan aktivitas yang produktif. Pekerja
baik di sektor swasta maupun pemerintah, perusahaan formal maupun informal,
selain proporsinya lebih dari 70 % dari seluruh populasi, pada hakekatnya
merupakan jantungnya organisasi dan motornya produktivitas (Depkes
RI, 2005).
Pelayanan kesehatan kerja tidak cukup hanya melindungi
kesehatan pekerja dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh pemajanan dengan hazard
kesehatan yang berasal dari lingkungan kerja dan pekerjaan. Akan tetapi
kesehatan kerja masa kini harus memprioritaskan program promosi kesehatan
pekerja di tempat kerja yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja
yang melaksanakan upaya perbaikan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
pekerja serta dalam rangka pencegahan penyakit yang jelas tinggi prevalensinya
diantara pekerja, selain mendukung sumber daya manusia dalam mencapai kinerja,
jenjang karir dan produktivitas organisasi atau tempat kerja yang
setinggi-tingginya (Depkes, 2005).
2. Tujuan Program
Adapun tujuan dari program promosi kesehatan berkaitan
dengan keluhan muskeloskeletal di industri garmen adalah membangun budaya kerja
yang ergonomis, aman, nyaman dan sehat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan derajat kesehatan pekerja
3. Manfaat Pelaksanaan Program
a.
Mendorong pihak manajemen untuk lebih memperhatikan
kondisi pekerja terutama berhubungan dengan sistem kerja dan disain alat.
b.
Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran
pekerja tentang risiko ergonomik dalam bekerja.
c.
Mengurangi cidera Muskeloskeletal yang berkaitan dengan
aktivitas kerja
d.
Mengurangi biaya akibat cedera / sakit
4. Sasaran Program
a.
Seluruh pekerja
b.
Pihak manajemen perusahaan
5. Target Pencapaian Program
Pada
akhir program, target yang akan dicapai adalah :
a.
Adanya komitmen berupa kebijakan tertulis dari pihak
manajemen berkaitan dengan masalah ergonomi di tempat kerja berupa SK (surat
keputusan).
b.
30% perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan
perbaikan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP.
c.
80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja
secara ergonomis
d.
50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di
tempat kerja (sesuai SOP)
e.
Jumlah karyawan yang mempunyai keluhan Muskeloskeletal menurun
50%
f.
Jumlah karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
menurun 20%
g.
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera ergonomi menurun 20
%
6. Metode Evaluasi
a.
Dikeluarkannya SK tentang bekerja ergonomik
b.
Persentase dukungan dari pihak manajemen
c.
Checklist inventaris alat dan adanya SOP
d.
Kuesioner
Pre test dan post test dalam kegiatan penyuluhan
e.
Kuesioner/checklist
cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
f.
Kuesioner/checklist berhubungan dengan keluhan ergonomis.
g.
Kuesioner/checklist berhubungan dengan kenyamanan dalam
bekerja.
h.
Menelusuri klaim biaya kesehatan
B.
IDENTIFIKASI/REKOGNISI MASALAH KESEHATAN
Fitrihana (2008)
mengemukakan, Studi tentang kondisi
kerja di Industri garmen telah cukup banyak dilakukan yaitu:
- Penelitian yang dilakukan Vilma 1982 dan Wesgard 1992 melaporkan bahwa operator jahit mengalami gangguan otot yang cukup serius
- Penelitian yang dilakukan Punnet (1985) melporjan bahwa sejumalh tenaga kerja garmen mengalami sakit persiten
- Penelitian Brisson (1989) menyakan bahwa pekerja garmen meningktakan gangguan kesehatan kronis dan ketiadakmampuan secara permanen
- Posisi duduk dan tubuh yang tidak baik menimbulkan sakit dan menurunkan produktifitas
- Peningkatan Muskuloskeletal Disease (MSD) dapat dikurangi dengan kursi yang dapat diatur dan perubahan stasiun kerja (Li 1995 dan Herbert 1997)
Permasalahan
ergonomi kerja di industri garmen terutama sangat terkait dengan posisi postur
tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga sangat
berpotensi menimbulkan cumulative trauma disorder (CTD)/ Repetitive
Strain Injuries (RSI) (Work Safe bulletin:1997 dan FoCUS:1999 dikutip
dari Fitrihana (2008)).
Zvonko Gradcevic
dkk (2002) dikutip dari Fitrihana (2008) mengungkapkan bahwa operasi
kerja di bagian penjahitan adalah dari tangan-mesin-tangan dan sub
operasi mesin berdasarkan cara kerja dan bagian (piece) yang dijahit menurut struktur
produk garmennya. Pekerjaan
di bagian jahit membutuhkan kordinasi gerakan postur tubuh dan pergelangan
tangan yang baik dan konsentrasi tinggi. Dimana perubahan gerakan ini
berlangsung sangat cepat tergantung bagian yang dijahit dan tingginya frekuensi
pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya gangguan
interabdominal, mengalami tekanan inersia, tekanan pada
pinggang dan tulang punggung dan tengkuk.Hong
Kong Christian Industrial Committee (2004) melaporkan kondisi Lingkungan kerja
di 3 industri garmen China yang mensuplai produk garmen untuk retail di
Jerman adalah sebagai berikut antara pemilik pabrik dan pekerja kurang
memiliki kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Di ketiga pabrik yang disurvey tidak pernah diadakan
latihan untuk penaggulangan kebakaran, para pekerja mengeluhkan kondisi AC (air
Condition) dan ventilasi yang tidak baik Penempatan mesin yang terlalu rapat
sehingga mengakibatkan peningkatkan suhu di tempat kerja. Para
pekerja di bagian penjahitan mengalami alergi kulit dan gangguan pernapasan
akibat menjahit beberapa jenis kain yang mempunyai banyak debu kain (floating
fiber). Sumber bahaya lain
adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja (duduk dan berdiri)
pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, Dragan M.
Djordjević, (1999) dikutip dari Fitrihana (2008) juga menunjukkan sumber-sumber
bahaya potensial yang ada di industri garmen terdapat pada ruang
pemotongan, penjahitan dan finishing
Setiap pekerjaan
mengandung resiko kesehatan dan keselamtan. Demikian juga sistem kerja di
industri garmen potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga sangat tinggi.
Seperti yang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago IL) diantara
penyakit kerja yang terkait dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak baik
diantaranya adalah :
- 70% operator
jahit mengalami sakit punggung
- 35%
Melaporkan mengalami low back pain secara persisten
- 25%
menderi akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD)
-
81% mengalami CTD pada pergelangan tangan
-
14% mengalami CTDs pada siku
-
5% of CTDs pada bahu
- 49%
pekerja mengalami nyeri leher
C.
ANALISIS KEBUTUHAN
Untuk mengatasi
berbagai persoalaan kondisi kerja seperti potensi timbulnya
penyakit akibat kerja, operasi pekerjaan, jam kerja, psikososial, organisaisi
kerja dan hubungannya antara manusia (pekerja), mesin/alat, pekerjaan dan
lingkungan kerjanya maka diperlukan pendekatan ergonomi. Kondisi lingkungan
yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja serta
mendorong peningkatan daya saing, mengurangi biaya kompensasi untuk pekerja,
memberikan daya tahan yang tinggi pada pekerja dan beberapa keuntugan lainnya
(Fitrihana, 2008).
Analisis
dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuaan dan perilaku pekerja,
yakni hubungan antara apa yang mereka ketahui/yakini, rasakan dan tindakan yang
mereka lakukan dalam menghadapi faktor risiko kesehatannya, sehingga dapat
disusun kebutuhan intervensi untuk tindakan perbaikan (Depkes RI, 2007).
Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam program promosi kesehatan berkaitan dengan cidera
ergonomi adalah melakukan Health Risk Assesment (HRA), membicarakan hasil HRS
dengan pekerja dan mendiskusikan dengan pekerja tentang pentingnya program
promosi kesehatan ini untuk mengurangi cidera ergonomis di tempat kerja.
Selain itu, perlu
dilakukan pendekatan dengan pihak manajemen untuk mengeluarkan kebijakan
terutama berkaitan dengan biaya pelaksanaan program dan fasilitas penunjang
lainnya.
Jenifer Gunning (2001) banyak cara yang dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja di industri garmen yang
meliputi:
1. Komunikasi
2. Melibatkan karyawan dalam pengambilan
keputusan
3. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja
dan manajemen tentang strategi pencegahan dan peningkatan lingkungan kerja yang
ergonomic.
D.
PERENCANAAN
Kegiatan
|
Target perubahan yang ingin dicapai
|
Proses menuju target perubahan
|
Cara penilaian keberhasilan
|
Penanggung
jawab
|
Waktu
|
Dana
|
1. Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari manajemen
2. Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem kerja dituangkan
dalam bentuk SOP
3. Pelatihan/Training tentang ergonomi
4. Senam Ergonomi
5. Pemasangan Poster
6. Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja
7. Pemantauan keluhan pekerja
8. Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
9. Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera keluhanMuskeloskeletal
|
1. Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan presentasi
dihadiri 50 % pihak manajemen
2. 30 % adanya perbaikan
fasilitas kerja dan adanya SOP
3. 80 % pekerja
memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis
4. 50% karyawan mengikuti senam ergonomi
5. 100% poster
terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan
6. 50 % pekerja
mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
7. 50 % terjadi
penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja
8. Karyawan
yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%
9.Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %
|
1. Melakukan presentasi dan diskusi di hadapan manajemen
tentang pentingnya program
2. Melakukan presentasi
untuk meyakinkan manajemen tentang perlunya fasilitas dan pembuatan SOP
3. Melakukan pelatihan 3 kali setahun.
4. Senam ergonomi dilaksanakan 2 kali seminggu
5. Menyiapkan poster semenarik mungkin
6. Survei dan observasi terhadap pekerja
7. Survei dan
observasi
8.
Menelusuri data
absensi dan Data MCU
9.
Menelusuri klaim biaya
kesehatan
|
1. Keluarnya SK tentang ergonomi di tempat kerja dan
persentase manajemen yang hadir
2.Checklist inventaris alat dan adanya SOP
3.
Hasil Pre test dan post test
4. Keikutsertaan (kartu absensi) dalam kegiatan senam
ergonomi
5. Checklist
6. Kuesioner/checklist cara bekerja ergonomis di tempat
kerja (sesuai SOP) dan observasi
7. Kuesioner/checklist berhubungan dengan keluhan
ergonomis
8. Telaah data
absensi dan Data MCU dan membandingkan dengan tahun sebelumnya
9. Membandingkan jumlah pengeluaran biaya kesehatan
karyawan dengan tahun sebelumnya
|
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
|
Juni-Juli
(1 bulan)
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010)
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010
1 kali seminggu
Selama 3 bulan pertama
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010
September 2009, Desember 2009 dan Maret 2010
|
Konsumsi 20 orang
Rp. 1.000.000
Persiapan materi
Rp. 500.000
Pembelian alat :
Rp. 10.000.000
Honor pelatih :
3xRp.500.000,-
= Rp.1.500.000
Honor pelatih
4xRp.500.000
= Rp.2.500.000
Pembelian bahan/alat poster
Rp. 1.000.000
Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000
Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000
-
-
|
10.
|
Total biaya
Rp. 17.500.000
|
E.
KOMUNIKASI
Untuk menyebarluaskan program ini, komunikasi dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1.
Melakukan komunikasi ke pihak manajemen
Dilakukan
dengan cara advokasi, berusaha meyakini pihak manajemen agar pihak dukungan
dalam pelaksanaan program ini. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan
presentasi, diskusi dan pendekatan yang intensif tentang manfaat/keuntungan
yang diperoleh jika dilaksanakannya program ini berdasarkan data dan fakta yang
logis.
2.
Melakukan komunikasi ke serikat pekerja (P2K3)
Pendekatan yang
dilakukan adalah sosialisasi dan diskusi untuk mendapatkan dukungan penuh dari
serikat pekerja sebagai wadah perkumpulan pekerja di tempat kerja. Diharapkan
nantinya sosialisasi ke pekerja dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Melakukan komunikasi ke pekerja
Dilakukan
dengan cara sosialisasi menggunakan beberapa bentuk aktivitas yaitu dengan
diskusi, melalui pengumuman, leaflet, pamflet, pelatihan yang tujuannya agar
program ini dikenal oleh pekerja dan pekerja juga merasa terlibat dalam
pelaksanaan program ini.
F.
PERSIAPAN
Adapun langkah-langkah persiapan yang dapat dilakukan
antara lain :
1.
Membentuk tim dalam pelaksanaan program ini yang nantinya
disyahkan secara resmi oleh manajer/direktur.
2.
Mengumpulkan data awal yang dapat menggambarkan kondisi
saat ini berkaitan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Data ini yang
nantinya akan diperlihatkan ke pihak manajemen.
3.
Menyusun instrumen, format checklist atau kuesioner yang
akan dipakai baik dalam pengumpulan data dasar, mengevaluasi keberhasilan dalam
pelatihan, daftar inventaris alat, keluhan pekerja, dan lain sebagainya.
4.
Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan pada saat
memberikan pelatihan, membuat poster, pelaksanaan latihan ergonomi, termasuk
persiapan untuk para pelatih.
5.
Menyiapkan tempat pelaksanaan pelatihan dan presentasi.
G.
PELAKSANAAN
1.
Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari
manajemen
Melakukan presentasi dan diskusi di hadapan manajemen
tentang pentingnya program. Presentasi dan diskusi ini dilakukan sebelum
program dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh dari
manejemen. Dilaksakanan setengah hari (dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00)
dengan waktu dan tempat yang sudah ditetapkan sesuai kesepakatan dengan pihak
manajemen. Diharapkan manajemen mendukung penuh program dengan dikeluarkannya
SK.
2.
Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem kerja
dituangkan dalam bentuk SOP
Melakukan presentasi untuk meyakinkan manajemen tentang
perlunya fasilitas yang ergonomis dan pembuatan SOP. Tim dalam program ini akan
memberikan masukan dan saran tentang fasilitas/alat yang ergonomis untuk
menggantikan alat yang ada saat ini. Selanjutnya dibentuk tim khusus membahas
SOP yang disetujui oleh manajemen.
3.
Pelatihan/Training tentang ergonomi
Pelatihan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan pekerja tentang pentingnya bekerja secara ergonomis untuk
mengurangi risiko cidera atau keluhan muskeloskeletal. Pelatihan ini rencananya
akan dilaksanakan 3 kali dalam setahun.
4.
Senam Ergonomi
Dilakukan 1 kali seminggu, setiap hari kamis pukul 08.00
pagi dengan mengundang instruktur dari luar perusahaan untuk sebulan pertama.
Untuk selanjutnya akan dipimpin oleh wakil dari pekerja setelah diberikan
pelatihan terlebih dahulu.
5.
Pemasangan Poster
Poster dibuat semenarik mungkin, berisikan informasi
tentang cara bekerja yang ergonomis, cara menghindari cidera, dan informasi
mengenai Muskeloskeletal. Pemasangan poster dilakukan di papan pengumuman yang
ada di lingkungan perusahaan, dikantin dan tempat berkumpulnya pekerja.
6.
Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja
Dilakukan
dengan cara Survei dan observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu
pada bulan September 2009, Desember 2009
dan Maret 2010 menggunakan kuesioner/checklis yang ada.
7.
Pemantauan keluhan Muskeloskeletal pekerja
Dilakukan dengan cara Survei dan
observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan September
2009, Desember 2009 dan Maret 2010
menggunakan kuesioner/checklis yang ada.
8.
Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
Menelusuri
data absensi dan Data MCU, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan
September 2009, Desember 2009 dan Maret
2010
9.
Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera
Muskeloskeletal
Menelusuri
klaim biaya kesehatan, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan
September 2009, Desember 2009 dan Maret
2010
H.
EVALUASI
Kegiatan
|
Target
perubahan yang ingin dicapai
|
3
bulan pertama
|
3
bulan kedua
|
3
bulan terakhir
|
Keterangan
|
1.Melakukan advokasi untuk
mendapatkan dukungan dari manajemen
2.
Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem
kerja dituangkan dalam bentuk SOP
3.
Pelatihan/Training tentang ergonomi
4.
Senam Ergonomi
5.
Pemasangan Poster
6.
Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja
7.
Pemantauan keluhan pekerja
8.
Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera
Muskeloskeletal
9.
Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera keluhanMuskeloskeletal
|
1. Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan presentasi
dihadiri 50 % pihak manajemen
2. 30 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP
3. 80 % pekerja memahami dan
menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis
4.
50% karyawan mengikuti senam ergonomi
5. 100% poster terpasang di
tempat-tempat yang sudah ditentukan
6. 50 % pekerja mempraktekkan cara
bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
7. 50 %
terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja
8. Karyawan yang sakit/dirawat
akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%
9.Biaya
pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %
|
Dikeluarkannya SK oleh manajer dan 50 % pihak manajemen
hadir dalam presentasi
10 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP
40 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja
secara ergonomis
30% karyawan mengikuti senam ergonomi
80% poster terpasang di
tempat-tempat yang sudah ditentukan
30 % pekerja mempraktekkan cara
bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
30 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal
pada pekerja
Karyawan yang sakit/dirawat akibat
cidera Muskeloskeletal menurun 50%
Biaya
pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 50 %
|
-
20 % adanya perbaikan fasilitas kerja
60 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja
secara ergonomis
40% karyawan mengikuti senam ergonomi
100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah
ditentukan
40 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di
tempat kerja (sesuai SOP)
40 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada
pekerja
Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
menurun 10%
Biaya pengobatan akibat
sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 10 %
|
-
30 % adanya perbaikan fasilitas kerja
80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja
secara ergonomis
50% karyawan mengikuti senam ergonomi
-
50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di
tempat kerja (sesuai SOP)
50 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada
pekerja
Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
menurun 20%
Biaya pengobatan akibat
sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %
Biaya pengobatan akibat
sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %
|
I.
KONTINUITAS
Untuk
kontinuitas program ini, setiap tahun diakhr program akan dipilih 5 orang pekerja
yang terbaik dengan kriteria tidak pernah absen dalam senam ergonomi, tidak
mengalami sakit cidera muskeloskeletal dan disiplin dalam melaksanakan program
ini. Bagi karyawan yang terpilih akan diberikan penghargaan dan insentif
sebesar Rp. 1.000.000,-
Sedangkan
bagi pekerja yang belum sepenuhnya melaksanakan program ini, akan diberikan
pembinaan secara intensif untuk menumbuhkan kesadarannya akan pentingnya
program ini dan terhindar dari cidera muskeloskeletal.
J.
REFERENSI
Fitrihana, Noor. 2008. Memperbaiki kondisi kerja di industri garmen.
http://industri.unand.ac.id/blog/lusi/2008/10/16/memperbaiki-kondisi-kerja-di-industri-garmen/.
Diakses 18 Mei 2009.
Teja, Anshar Ramada. 2009. Senam Ergonomi
Fitrihana, Noor. 2008. Upaya Mengurangi Resiko Muskuloskeletal
http://batikyogya.wordpress.com/category/ergonomi-kerja/page/2/. Diakses 18 Mei 2009.
Langganan:
Postingan (Atom)