Rabu, 26 Februari 2014

Dua Umar dan Gempa Bumi

Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"

Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."

"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15).  Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."

"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."

Jika saja kedua Umar  ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras,  inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu. Wallahu a'la
Sumber/republika.com

Minggu, 16 Februari 2014

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI GARMEN



PROGRAM PROMOSI KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI GARMEN BERKAITAN DENGAN
KELUHAN MUSKULOSKELETAL

A.   PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Program
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul (Depkes, 2009).
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik (Depkes RI, 2009)
Produk garmen merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan di pasar global. Kebutuhan produk tekstil dan pakaian jadi (garmen) akan terus meningkat dari tahun ketahun. Mengingat potensi pasar yang demikian besar maka persaingan produk garmen di pasar duniapun sangat ketat. Untuk itu negara-negara eksportir garmen dituntut untuk memiliki produktifitas, kualitas, dan daya saing yang tinggi (Fitrihana, 2008).
Proses pembuatan garmen dimulai dari pengecekan kain di ruang penyimpanan kain kemudian proses disain dan pembuatan pola, grading dan marker, kemudian dilanjutkan ke proses pembuatan sample dan pemotongan kemudian dilakukan proses pengepresan. Setelah bagian-bagian yang terpotong tadi dipres maka dilanjutkan ke proses produksi  (penjahitan). Proses penjahitan ini dilakukan per piece (bagian) sehingga untuk menjahit satu kemeja  terkadang bisa mencapai 100 variasi proses penjahitan. Oleh karena iti produksi garmen dikenal dengan proses piece to piece (Fitrihana, 2008).
Setelah dijahit maka dilanjutkan proses penyempurnaan /penyelesaian akhir, seperti pemasangan kancing, label, pembersihan dan penyetrikaan dan kemudian dilakukan pengepakan dan pengiriman ke konsumen.  Karakteristik pekerjaan di industri garmem umumnya adalah  proses material handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi,  tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, bertinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas di bagian pengepresan dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma khas kain, terpaan kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya (Fitrihana, 2008). Hal ini dapat menimbulkan gangguan / cedera yang bersifat ergonomik pada pekerja.
Keluhan Muskuloskeletal Disease (MSD) yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya MSD yaitu posture yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007 dikutip dari Fitrihana, 2008 ). Level MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.
Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD akan memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007 dikutip dari Fitrihana, 2008).
Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai modal yang azasi untuk dapat menjalankan aktivitas yang produktif. Pekerja baik di sektor swasta maupun pemerintah, perusahaan formal maupun informal, selain proporsinya lebih dari 70 % dari seluruh populasi, pada hakekatnya merupakan jantungnya organisasi dan motornya produktivitas (Depkes RI, 2005).
Pelayanan kesehatan kerja tidak cukup hanya melindungi kesehatan pekerja dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh pemajanan dengan hazard kesehatan yang berasal dari lingkungan kerja dan pekerjaan. Akan tetapi kesehatan kerja masa kini harus memprioritaskan program promosi kesehatan pekerja di tempat kerja yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja yang melaksanakan upaya perbaikan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial pekerja serta dalam rangka pencegahan penyakit yang jelas tinggi prevalensinya diantara pekerja, selain mendukung sumber daya manusia dalam mencapai kinerja, jenjang karir dan produktivitas organisasi atau tempat kerja yang setinggi-tingginya (Depkes, 2005).

2.    Tujuan Program
Adapun tujuan dari program promosi kesehatan berkaitan dengan keluhan muskeloskeletal di industri garmen adalah membangun budaya kerja yang ergonomis, aman, nyaman dan sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan pekerja

3.    Manfaat Pelaksanaan Program
a.    Mendorong pihak manajemen untuk lebih memperhatikan kondisi pekerja terutama berhubungan dengan sistem kerja dan disain alat.
b.    Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pekerja tentang risiko ergonomik dalam bekerja.
c.    Mengurangi cidera Muskeloskeletal yang berkaitan dengan aktivitas kerja
d.    Mengurangi biaya akibat cedera / sakit

4.    Sasaran Program
a.    Seluruh pekerja
b.    Pihak manajemen perusahaan

5.    Target Pencapaian Program
Pada akhir program, target yang akan dicapai adalah :
a.    Adanya komitmen berupa kebijakan tertulis dari pihak manajemen berkaitan dengan masalah ergonomi di tempat kerja berupa SK (surat keputusan).
b.    30% perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan perbaikan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP.
c.    80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis
d.    50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
e.    Jumlah karyawan yang mempunyai keluhan Muskeloskeletal menurun 50%
f.     Jumlah karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%
g.    Biaya pengobatan akibat sakit/cidera ergonomi menurun 20 %

6.    Metode Evaluasi
a.    Dikeluarkannya SK tentang bekerja ergonomik
b.    Persentase dukungan dari pihak manajemen
c.    Checklist inventaris alat dan adanya SOP
d.    Kuesioner Pre test dan post test dalam kegiatan penyuluhan
e.    Kuesioner/checklist cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)
f.     Kuesioner/checklist berhubungan dengan keluhan ergonomis.
g.    Kuesioner/checklist berhubungan dengan kenyamanan dalam bekerja.
h.    Menelusuri klaim biaya kesehatan

B.   IDENTIFIKASI/REKOGNISI MASALAH KESEHATAN
Fitrihana (2008) mengemukakan,  Studi tentang kondisi kerja di Industri garmen telah cukup banyak dilakukan yaitu:
  1. Penelitian yang dilakukan Vilma 1982 dan Wesgard 1992 melaporkan bahwa operator jahit mengalami gangguan otot yang cukup serius
  2. Penelitian yang dilakukan Punnet (1985) melporjan bahwa sejumalh tenaga kerja garmen mengalami sakit persiten
  3. Penelitian Brisson (1989) menyakan bahwa pekerja garmen meningktakan  gangguan kesehatan kronis dan  ketiadakmampuan secara permanen
  4. Posisi duduk dan tubuh yang tidak baik menimbulkan sakit dan menurunkan produktifitas
  5. Peningkatan Muskuloskeletal Disease (MSD) dapat dikurangi dengan kursi yang dapat diatur dan perubahan stasiun kerja (Li 1995 dan Herbert 1997)
Permasalahan ergonomi kerja di industri garmen terutama sangat terkait dengan posisi postur tubuh  dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot  sehingga sangat berpotensi menimbulkan  cumulative trauma disorder (CTD)/ Repetitive Strain Injuries  (RSI) (Work Safe bulletin:1997 dan FoCUS:1999 dikutip dari Fitrihana (2008)).
Zvonko Gradcevic dkk (2002) dikutip dari Fitrihana (2008) mengungkapkan bahwa operasi  kerja di bagian penjahitan adalah dari tangan-mesin-tangan dan   sub operasi mesin berdasarkan  cara kerja dan bagian (piece) yang dijahit menurut struktur produk garmennya. Pekerjaan di bagian jahit membutuhkan kordinasi gerakan postur tubuh dan pergelangan tangan yang baik dan  konsentrasi tinggi. Dimana perubahan gerakan ini berlangsung sangat cepat tergantung bagian yang dijahit dan tingginya frekuensi pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya gangguan interabdominal, mengalami tekanan inersia,  tekanan pada pinggang dan tulang punggung dan tengkuk.Hong Kong Christian Industrial Committee (2004) melaporkan kondisi Lingkungan kerja di 3 industri  garmen China yang mensuplai produk garmen untuk retail di Jerman adalah sebagai berikut  antara pemilik pabrik dan pekerja kurang memiliki kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Di ketiga pabrik yang disurvey tidak pernah diadakan latihan untuk penaggulangan kebakaran, para pekerja mengeluhkan kondisi AC (air Condition) dan ventilasi yang tidak baik Penempatan mesin yang terlalu rapat sehingga mengakibatkan peningkatkan suhu di tempat kerja. Para pekerja di bagian penjahitan mengalami alergi kulit dan gangguan pernapasan akibat menjahit beberapa jenis kain yang mempunyai banyak debu kain (floating fiber). Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja (duduk dan berdiri) pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, Dragan M. Djordjević, (1999) dikutip dari Fitrihana (2008) juga menunjukkan sumber-sumber bahaya potensial yang ada di industri garmen terdapat pada  ruang pemotongan, penjahitan dan finishing
Setiap pekerjaan mengandung resiko kesehatan dan keselamtan. Demikian juga sistem kerja di industri garmen potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga sangat tinggi. Seperti yang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago IL) diantara penyakit kerja yang terkait dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak baik diantaranya adalah :
-        70% operator jahit mengalami sakit punggung
-         35% Melaporkan mengalami low back pain secara persisten
-         25% menderi akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD)
-         81%  mengalami CTD pada pergelangan tangan
-         14%  mengalami  CTDs pada siku
-         5%  of CTDs pada bahu
-         49% pekerja mengalami nyeri leher

C.   ANALISIS KEBUTUHAN
Untuk mengatasi berbagai persoalaan kondisi kerja seperti  potensi timbulnya  penyakit akibat kerja, operasi pekerjaan, jam kerja, psikososial, organisaisi kerja dan hubungannya antara manusia (pekerja), mesin/alat, pekerjaan dan lingkungan kerjanya maka diperlukan pendekatan ergonomi. Kondisi lingkungan yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja serta mendorong peningkatan daya saing, mengurangi biaya kompensasi untuk pekerja, memberikan daya tahan yang tinggi pada pekerja dan beberapa keuntugan lainnya (Fitrihana, 2008).
Analisis dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuaan dan perilaku pekerja, yakni hubungan antara apa yang mereka ketahui/yakini, rasakan dan tindakan yang mereka lakukan dalam menghadapi faktor risiko kesehatannya, sehingga dapat disusun kebutuhan intervensi untuk tindakan perbaikan (Depkes RI, 2007).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam program promosi kesehatan berkaitan dengan cidera ergonomi adalah melakukan Health Risk Assesment (HRA), membicarakan hasil HRS dengan pekerja dan mendiskusikan dengan pekerja tentang pentingnya program promosi kesehatan ini untuk mengurangi cidera ergonomis di tempat kerja.
Selain itu, perlu dilakukan pendekatan dengan pihak manajemen untuk mengeluarkan kebijakan terutama berkaitan dengan biaya pelaksanaan program dan fasilitas penunjang lainnya.
Jenifer Gunning (2001) banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja di industri garmen yang meliputi:
1.    Komunikasi
2.    Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
3.    Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja dan manajemen tentang strategi pencegahan dan peningkatan lingkungan kerja yang ergonomic.


D.   PERENCANAAN
Kegiatan
Target perubahan yang ingin dicapai
Proses menuju target perubahan
Cara penilaian keberhasilan
Penanggung
jawab
Waktu
Dana
1.    Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari manajemen



2.    Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP

3.    Pelatihan/Training tentang ergonomi





4.    Senam Ergonomi




5.    Pemasangan Poster




6.    Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja



7.    Pemantauan keluhan pekerja




8.    Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal

9.    Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera keluhanMuskeloskeletal
1. Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan presentasi dihadiri 50 % pihak manajemen


2. 30 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP




3. 80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis


4.  50% karyawan mengikuti senam ergonomi


5. 100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan

6. 50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)

7. 50 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja


8. Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%


9.Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %

1. Melakukan presentasi dan diskusi di hadapan manajemen tentang pentingnya program


2. Melakukan presentasi untuk meyakinkan manajemen tentang perlunya fasilitas dan pembuatan SOP

3. Melakukan pelatihan 3 kali setahun.




4. Senam ergonomi dilaksanakan 2 kali seminggu


5. Menyiapkan poster semenarik mungkin



6. Survei dan observasi terhadap pekerja



7. Survei dan observasi




8.    Menelusuri data absensi dan Data MCU



9.    Menelusuri klaim biaya kesehatan

1. Keluarnya SK tentang ergonomi di tempat kerja dan persentase manajemen yang hadir



2.Checklist inventaris alat dan adanya SOP





3. Hasil Pre test dan post test





4. Keikutsertaan (kartu absensi) dalam kegiatan senam ergonomi


5. Checklist




6. Kuesioner/checklist cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP) dan observasi


7. Kuesioner/checklist berhubungan dengan keluhan ergonomis



8. Telaah data absensi dan Data MCU dan membandingkan dengan tahun sebelumnya


9. Membandingkan jumlah pengeluaran biaya kesehatan karyawan dengan tahun sebelumnya
Tim






Tim






Tim






Tim




Tim




Tim





Tim





Tim





Tim






Juni-Juli
(1 bulan)





September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010)


September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010


1 kali seminggu



Selama 3 bulan pertama


September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010

September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010

September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010

September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010

Konsumsi 20 orang
Rp. 1.000.000
Persiapan materi
Rp. 500.000

Pembelian alat :
Rp. 10.000.000



Honor pelatih :
3xRp.500.000,-
= Rp.1.500.000

Honor pelatih
4xRp.500.000
= Rp.2.500.000

Pembelian bahan/alat poster
Rp. 1.000.000

Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000


Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000


-





-

10.   
Total  biaya
Rp. 17.500.000



E.   KOMUNIKASI
Untuk menyebarluaskan program ini, komunikasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1.    Melakukan komunikasi ke pihak manajemen
      Dilakukan dengan cara advokasi, berusaha meyakini pihak manajemen agar pihak dukungan dalam pelaksanaan program ini. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan presentasi, diskusi dan pendekatan yang intensif tentang manfaat/keuntungan yang diperoleh jika dilaksanakannya program ini berdasarkan data dan fakta yang logis.
2.    Melakukan komunikasi ke serikat pekerja (P2K3)
      Pendekatan yang dilakukan adalah sosialisasi dan diskusi untuk mendapatkan dukungan penuh dari serikat pekerja sebagai wadah perkumpulan pekerja di tempat kerja. Diharapkan nantinya sosialisasi ke pekerja dapat lebih mudah dilakukan.
3.    Melakukan komunikasi ke pekerja
      Dilakukan dengan cara sosialisasi menggunakan beberapa bentuk aktivitas yaitu dengan diskusi, melalui pengumuman, leaflet, pamflet, pelatihan yang tujuannya agar program ini dikenal oleh pekerja dan pekerja juga merasa terlibat dalam pelaksanaan program ini.

F.    PERSIAPAN
Adapun langkah-langkah persiapan yang dapat dilakukan antara lain :
1.    Membentuk tim dalam pelaksanaan program ini yang nantinya disyahkan secara resmi oleh manajer/direktur.
2.    Mengumpulkan data awal yang dapat menggambarkan kondisi saat ini berkaitan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Data ini yang nantinya akan diperlihatkan ke pihak manajemen.
3.    Menyusun instrumen, format checklist atau kuesioner yang akan dipakai baik dalam pengumpulan data dasar, mengevaluasi keberhasilan dalam pelatihan, daftar inventaris alat, keluhan pekerja, dan lain sebagainya.
4.    Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan pada saat memberikan pelatihan, membuat poster, pelaksanaan latihan ergonomi, termasuk persiapan untuk para pelatih.
5.    Menyiapkan tempat pelaksanaan pelatihan dan presentasi.

G.   PELAKSANAAN
1.    Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari manajemen
Melakukan presentasi dan diskusi di hadapan manajemen tentang pentingnya program. Presentasi dan diskusi ini dilakukan sebelum program dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh dari manejemen. Dilaksakanan setengah hari (dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00) dengan waktu dan tempat yang sudah ditetapkan sesuai kesepakatan dengan pihak manajemen. Diharapkan manajemen mendukung penuh program dengan dikeluarkannya SK.
2.    Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP
Melakukan presentasi untuk meyakinkan manajemen tentang perlunya fasilitas yang ergonomis dan pembuatan SOP. Tim dalam program ini akan memberikan masukan dan saran tentang fasilitas/alat yang ergonomis untuk menggantikan alat yang ada saat ini. Selanjutnya dibentuk tim khusus membahas SOP yang disetujui oleh manajemen.
3.    Pelatihan/Training tentang ergonomi
Pelatihan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan pekerja tentang pentingnya bekerja secara ergonomis untuk mengurangi risiko cidera atau keluhan muskeloskeletal. Pelatihan ini rencananya akan dilaksanakan 3 kali dalam setahun.
4.    Senam Ergonomi
Dilakukan 1 kali seminggu, setiap hari kamis pukul 08.00 pagi dengan mengundang instruktur dari luar perusahaan untuk sebulan pertama. Untuk selanjutnya akan dipimpin oleh wakil dari pekerja setelah diberikan pelatihan terlebih dahulu.
5.    Pemasangan Poster
Poster dibuat semenarik mungkin, berisikan informasi tentang cara bekerja yang ergonomis, cara menghindari cidera, dan informasi mengenai Muskeloskeletal. Pemasangan poster dilakukan di papan pengumuman yang ada di lingkungan perusahaan, dikantin dan tempat berkumpulnya pekerja.
6.    Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja
Dilakukan dengan cara Survei dan observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010 menggunakan kuesioner/checklis yang ada.
7.    Pemantauan keluhan Muskeloskeletal pekerja
            Dilakukan dengan cara Survei dan observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010 menggunakan kuesioner/checklis yang ada.
8.    Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
Menelusuri data absensi dan Data MCU, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010
9.    Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal
Menelusuri klaim biaya kesehatan, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan September 2009, Desember  2009 dan Maret 2010

H.   EVALUASI

Kegiatan
Target perubahan yang ingin dicapai
3 bulan pertama
3 bulan kedua
3 bulan terakhir
Keterangan
1.Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari manajemen


2. Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP

3.    Pelatihan/Training tentang ergonomi





4.    Senam Ergonomi



5.    Pemasangan Poster




6.    Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja




7.    Pemantauan keluhan pekerja



8.    Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal






9.    Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera keluhanMuskeloskeletal
1. Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan presentasi dihadiri 50 % pihak manajemen

2. 30 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP



3. 80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis



4.  50% karyawan mengikuti senam ergonomi

5. 100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan


6. 50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)



7. 50 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja



8. Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%






9.Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %
Dikeluarkannya SK oleh manajer dan 50 % pihak manajemen hadir dalam presentasi

10 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP


40 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis


30% karyawan mengikuti senam ergonomi

80% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan

30 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)


30 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja


Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 50%





Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 50 %


-





20 % adanya perbaikan fasilitas kerja



60 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis


40% karyawan mengikuti senam ergonomi

100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan

40 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)


40 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja


Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 10%





Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 10 %

-





30 % adanya perbaikan fasilitas kerja



80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara ergonomis

50% karyawan mengikuti senam ergonomi

-




50 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP)

50 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada pekerja

Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal menurun 20%
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %

Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal menurun 20 %





I.      KONTINUITAS
Untuk kontinuitas program ini, setiap tahun diakhr program akan dipilih 5 orang pekerja yang terbaik dengan kriteria tidak pernah absen dalam senam ergonomi, tidak mengalami sakit cidera muskeloskeletal dan disiplin dalam melaksanakan program ini. Bagi karyawan yang terpilih akan diberikan penghargaan dan insentif sebesar Rp. 1.000.000,-
Sedangkan bagi pekerja yang belum sepenuhnya melaksanakan program ini, akan diberikan pembinaan secara intensif untuk menumbuhkan kesadarannya akan pentingnya program ini dan terhindar dari cidera muskeloskeletal.

J.    REFERENSI

Fitrihana, Noor. 2008. Memperbaiki kondisi kerja di industri garmen. http://industri.unand.ac.id/blog/lusi/2008/10/16/memperbaiki-kondisi-kerja-di-industri-garmen/. Diakses 18 Mei 2009.

Teja, Anshar Ramada. 2009.  Senam Ergonomi

Fitrihana, Noor. 2008. Upaya Mengurangi Resiko Muskuloskeletal