PROGRAM PROMOSI
KESEHATAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH
TANGGA TAHU BERKAITAN DENGAN
KELUHAN DERMATITIS
Abstrack
Dermatitis kontak
akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering
timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dari
hasil pengamatan di pabrik tahu di Desa Kepenuhan Makmur ditemukan 9
(sembilan) orang pekerja yang mengalami dermatitis kontak. Data dari
Puskesmas Kepenuhan diperoleh kasus dermatitis kontak sebanyak 93,42
% dan jumlah seluruh jenis penyakit
kulit yang ada
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Program
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya,
sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting
dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul (Depkes, 2009).
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi
perbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Perbagai risiko
tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan
cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. (Depkes RI, 2009)
Pabrik tahu merupakan industri makanan yang tak bisa di pandang sebelah mata
karena kebutuhan masyarakat akan tahu tiap hari makin meningkat dan banyak
macam olahan tahu yang di jual pasaran sebagai makanan kudapan atau campuran
bahan makanan. Tahu merupakan salah satu makanan
tradisional yang populer. Selain rasanya enak, harganya murah dan nilai gizinya
pun tinggi. Bahan makanan ini diolah dari kacang kedelai. Meskipun berharga
murah dan bentuknya sederhana, ternyata tahu mempunyai mutu yang istimewa
dilihat dari segi gizi. Hasil-hasil studi menunjukkan bahwa tahu kaya protein
bermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi proteinnya, ideal untuk makanan
diet, rendah kandungan lemak jenuh dan bebas kholesterol, kaya mineral dan vitamin
(Koswara, 2006).
Tahu adalah
makanan yang di buat dari kacang kedelai yang di fermentasikan dan di ambil
sarinya. Sering kita
mendengar istilah fermentasi. Fermentasi adalah terjadi karena adanya aktifitas
mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Dengan adanya
fermentasi ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pangan,
sebagai akibat pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut.
Dalam proses
permentasi adalah kebalikan dari proses misalnya pemanasan, pendingginan,
penggeringan, iradiasi dan lain-lain yang ditujukan untuk mengurangi jumlah
mikroba, sedangkan fermentasi adalah memeperbanyak jumlah mikroba dan
meningkatkan metabolisme dalam makanan.Pada awal mulanya fermentasi dikenal
sebagai pemecah gula menjadi alkohol dan CO2, tetapi banyak proses
disebut fermentasi tidak selalu menggunakan substart gula dan menghasilkan
alkohol serta CO2, yaitu fermentasi yang menggunakan substratnya
berupa karbohidrat yang menjadi asam, contohnya yaitu pada pembuatan tahu, oncom,
tempe, dan kecap yang menggunakan substrat berupa karbohidrat.(Koswara, 2006). Hal ini dapat menimbulkan
gangguan / cedera yang terjadi pada
kulit yang disebut dermatitis pada pekerja.
Setiap pekerja berhak atas
derajat kesehatan yang optimal sebagai modal yang azasi untuk dapat menjalankan
aktivitas yang produktif. Pekerja baik di sektor swasta maupun pemerintah, perusahaan formal maupun
informal, selain proporsinya lebih dari 70 % dari seluruh populasi, pada
hakekatnya merupakan jantungnya organisasi dan motornya produktivitas (Depkes RI, 2005).
Pelayanan
kesehatan kerja tidak cukup hanya melindungi kesehatan pekerja dari pengaruh
buruk yang ditimbulkan oleh pemajanan dengan hazard kesehatan yang berasal dari
lingkungan kerja dan pekerjaan. Akan tetapi kesehatan kerja masa kini harus
memprioritaskan program promosi kesehatan pekerja di tempat kerja yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja yang melaksanakan upaya
perbaikan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial pekerja serta dalam rangka
pencegahan penyakit yang jelas tinggi prevalensinya diantara pekerja, selain
mendukung sumber daya manusia dalam mencapai kinerja, jenjang karir dan
produktivitas organisasi atau tempat kerja yang setinggi-tingginya (Depkes,
2005).
2.
Tujuan Program
Adapun tujuan dari
program promosi kesehatan berkaitan dengan masalah Dermatitis di industri tahu adalah membangun budaya kerja yang selamat, aman, nyaman dan sehat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan derajat kesehatan pekerja
3.
Manfaat Pelaksanaan Program
a. Mendorong pihak manajemen untuk lebih
memperhatikan kondisi pekerja terutama berhubungan dengan sistem kerja dan
disain alat.
b. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pekerja tentang risiko bahaya dalam bekerja.
c. Mengurangi cidera Dermatitis yang terjadi pada saat aktivitas kerja
d. Mengurangi biaya akibat cedera / sakit
4.
Sasaran Program
a. Seluruh pekerja
b. Pihak manajemen perusahaan
5.
Target Pencapaian Program
Pada akhir program, target yang akan
dicapai adalah :
a. Adanya komitmen berupa kebijakan tertulis dari
pihak manajemen berkaitan dengan masalah Penyakit Akibat Kerja di
tempat kerja berupa SK (surat keputusan).
b. 45 % perbaikan fasilitas kerja yang selamat dan sehat, serta perbaikan sistem
kerja dituangkan dalam bentuk SOP.
c. 80 % pekerja memahami dan menyadari
pentingnya pengetahuan
tentang bahaya ditempat kerja.
d. 55 % pekerja menimilasir cara dan faktor yang
menyebabkan dermatitis di
tempat kerja (sesuai SOP)
e. Jumlah karyawan yang mempunyai keluhan Dermatitis menurun 65%
f. Jumlah karyawan yang sakit/dirawat akibat
cidera Dermatitis menurun 15%
g. Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Dermatitis menurun 20 %
6.
Metode Evaluasi
a.
Dikeluarkannya
SK tentang bekerja ergonomik
b. Persentase dukungan dari pihak manajemen
c. Checklist inventaris alat dan adanya SOP
d.
Kuesioner Pre test dan post test dalam kegiatan
penyuluhan
e.
Kuesioner/checklist Sumber bahaya di tempat kerja (sesuai SOP)
f. Kuesioner/checklist berhubungan dengan
keluhan Dermatitis.
g. Kuesioner/checklist berhubungan dengan
kenyamanan dalam bekerja.
h. Menelusuri klaim biaya kesehatan
B.
ANALISIS KEBUTUHAN
Untuk mengatasi berbagai persoalaan kondisi kerja
seperti potensi timbulnya penyakit akibat kerja, operasi pekerjaan,
jam kerja, psikososial, organisasi kerja dan hubungannya antara manusia
(pekerja), mesin/alat, pekerjaan dan lingkungan kerjanya maka diperlukan
pendekatan Behaviour Be Safety. Kondisi lingkungan yang aman, selamat dan sehat dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan
kerja serta mendorong peningkatan daya saing, mengurangi biaya kompensasi untuk
pekerja, memberikan daya tahan yang tinggi pada pekerja dan beberapa keuntugan
lainnya (Fitrihana, 2008).
Analisis dibutuhkan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuaan dan perilaku pekerja, yakni hubungan antara apa yang mereka
ketahui/yakini, rasakan dan tindakan yang mereka lakukan dalam menghadapi
faktor risiko kesehatannya, sehingga dapat disusun kebutuhan intervensi untuk
tindakan perbaikan (Depkes RI, 2007).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam program promosi
kesehatan berkaitan dengan cidera dermatitis adalah
melakukan Health Risk Assesment (HRA), membicarakan hasil HRS dengan pekerja
dan mendiskusikan dengan pekerja tentang pentingnya program promosi kesehatan
ini untuk mengurangi cidera Dermatitis di tempat kerja.
Selain itu, perlu dilakukan pendekatan dengan
pihak manajemen untuk mengeluarkan kebijakan terutama berkaitan dengan biaya
pelaksanaan program dan fasilitas penunjang lainnya.
Jenifer Gunning (2001) banyak cara yang dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja di
industri rumah tangga tahu yang meliputi:
1.
Komunikasi
2.
Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
3.
Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja dan manajemen
tentang strategi pencegahan dan peningkatan lingkungan kerja yang aman, selamat dan sehat.
C.
PERENCANAAN
Kegiatan
|
Target perubahan yang ingin dicapai
|
Proses menuju target perubahan
|
Cara penilaian keberhasilan
|
Penanggung
jawab
|
Waktu
|
Dana
|
1. Melakukan advokasi
untuk mendapatkan dukungan dari manajemen
2.
Perbaikan fasilitas kerja yang aman, selamat dan sehat dan sistem kerja
dituangkan dalam bentuk SOP
3.
Pelatihan/Training tentang faktor, penyebab dan dampak
dermatosis.
4.
Pemasangan Poster
5.
Pemantauan perilaku pekerja di tempat kerja
6.
Pemantauan keluhan pekerja
7.
Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera
Muskeloskeletal
8.
Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit/cidera
keluhanMuskeloskeletal
|
1.
Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan presentasi
dihadiri 50 % pihak manajemen
2.
45 % adanya perbaikan fasilitas
kerja dan adanya SOP
3.
80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya akan dermatitis.
4.
100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah
ditentukan
5.
55 % pekerja mempraktekkan cara bekerja ergonomis di
tempat kerja (sesuai SOP)
6.
65 % terjadi penurunan keluhan Muskeloskeletal pada
pekerja
7.
Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Muskeloskeletal
menurun 15%
8.
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Muskeloskeletal
menurun 20 %
|
1.
Melakukan presentasi dan diskusi di hadapan
manajemen tentang pentingnya program
2.
Melakukan presentasi untuk meyakinkan manajemen tentang
perlunya fasilitas dan pembuatan SOP
3.
Melakukan
pelatihan 3 kali setahun.
4.
Menyiapkan poster semenarik mungkin
5.
Survei dan
observasi terhadap pekerja
6.
Survei dan observasi
7.
Menelusuri data absensi dan Data MCU
8.
Menelusuri klaim biaya kesehatan
|
1. Keluarnya SK tentang Behaviour
Be Safety di tempat kerja dan persentase manajemen yang hadir
2. Checklist inventaris
alat dan adanya SOP
3. Hasil Pre test dan post test
4. Checklist
5. Kuesioner/checklist
cara bekerja ergonomis di tempat kerja (sesuai SOP) dan observasi
6. Kuesioner/checklist
berhubungan dengan keluhan ergonomis
7. Telaah data absensi dan
Data MCU dan membandingkan dengan tahun sebelumnya
8. Membandingkan jumlah
pengeluaran biaya kesehatan karyawan dengan tahun sebelumnya
|
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
Tim
|
Maret-april
(1 bulan)
Mei 2013, Juni 2013 & Desember 2013
Juli 2013, Oktober 2013 & Desember 2013
Slama 3 blan pertama
Juli 2013, Oktober 2013 & Desember 2013
Juli 2013, Oktober 2013 & Desember 2013
Juli 2013, Oktober 2013 & Desember 2013
Juli 2013, Oktober 2013 & Desember 2013
|
Konsumsi 23orang
Rp. 460.000
Persiapan materi
Rp. 290.000
Pembelian alat :
Rp. 25.000.000
Honor pelatih :
3xRp.1.300.000,-
= Rp.3.900.000
Pembelian bahan/alat poster
Rp. 1.570.000
Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000
Biaya pembuatan kuesioner
Rp.500.000
-
-
|
9.
|
Total biaya
Rp.
|
D.
KOMUNIKASI
Untuk
menyebarluaskan program ini, komunikasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Melakukan komunikasi ke pihak manajemen
Dilakukan dengan cara advokasi,
berusaha meyakini pihak manajemen agar pihak dukungan dalam pelaksanaan program
ini. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan presentasi, diskusi dan
pendekatan yang intensif tentang manfaat/keuntungan yang diperoleh jika
dilaksanakannya program ini berdasarkan data dan fakta yang logis.
2.
Melakukan
komunikasi ke serikat pekerja (P2K3)
Pendekatan yang dilakukan adalah
sosialisasi dan diskusi untuk mendapatkan dukungan penuh dari serikat pekerja
sebagai wadah perkumpulan pekerja di tempat kerja. Diharapkan nantinya
sosialisasi ke pekerja dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Melakukan
komunikasi ke pekerja
Dilakukan dengan cara
sosialisasi menggunakan beberapa bentuk aktivitas yaitu dengan diskusi, melalui
pengumuman, leaflet, pamflet, pelatihan yang tujuannya agar program ini dikenal
oleh pekerja dan pekerja juga merasa terlibat dalam pelaksanaan program ini.
E.
PERSIAPAN
Adapun
langkah-langkah persiapan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Membentuk tim dalam pelaksanaan program
ini yang nantinya disyahkan secara resmi oleh manajer/direktur.
2. Mengumpulkan data awal yang dapat
menggambarkan kondisi saat ini berkaitan dengan keluhan dermatitis pada pekerja. Data ini yang nantinya akan diperlihatkan ke pihak
manajemen.
3.
Menyusun
instrumen, format checklist atau kuesioner yang akan dipakai baik dalam
pengumpulan data dasar, mengevaluasi keberhasilan dalam pelatihan, daftar
inventaris alat, keluhan pekerja, dan lain sebagainya.
4.
Menyiapkan
bahan dan alat yang digunakan pada saat memberikan pelatihan, membuat poster,
pelaksanaan latihan kerja
aman, selamat dan sehat,
termasuk persiapan untuk para pelatih.
5.
Menyiapkan
tempat pelaksanaan pelatihan dan presentasi.
F.
PELAKSANAAN
1. Melakukan advokasi untuk mendapatkan
dukungan dari manajemen
Melakukan
presentasi dan diskusi di hadapan manajemen tentang
pentingnya program. Presentasi dan diskusi ini dilakukan sebelum program
dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh dari manejemen.
Dilaksakanan setengah hari (dari pukul 09.00 sampai pukul 11.30) dengan waktu dan tempat yang sudah ditetapkan
sesuai kesepakatan dengan pihak manajemen. Diharapkan manajemen mendukung penuh
program dengan dikeluarkannya SK.
2. Perbaikan fasilitas kerja yang aman, selamat dan sehat dan sistem kerja dituangkan dalam bentuk
SOP
Melakukan
presentasi untuk meyakinkan manajemen tentang perlunya fasilitas yang aman, selamat dan sehat dan pembuatan SOP. Tim dalam program ini
akan memberikan masukan dan saran tentang fasilitas/alat yang aman, selamat dan sehat untuk menggantikan alat yang ada saat ini.
Selanjutnya dibentuk tim khusus membahas SOP yang disetujui oleh manajemen.
3. Pelatihan/Training tentang kerja yang aman,selamat dan sehat.
Pelatihan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan pekerja
tentang pentingnya bekerja secara aman, selamat dan sehat untuk mengurangi risiko cidera atau keluhan dermatitis. Pelatihan ini rencananya akan dilaksanakan 3
kali dalam setahun.
4. Pemasangan Poster
Poster dibuat
semenarik mungkin, berisikan informasi tentang cara bekerja yang aman, selamat dn sehat, cara menghindari cidera, dan informasi
mengenai Dermatitis. Pemasangan poster dilakukan di papan
pengumuman yang ada di lingkungan perusahaan, dikantin dan tempat berkumpulnya
pekerja.
5. Pemantauan perilaku pekerja di tempat
kerja
Dilakukan dengan
cara Survei dan observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu pada
bulan juli 2013,
Oktober 2013 dan Desember
2013 menggunakan
kuesioner/checklis yang ada.
6. Pemantauan keluhan Muskeloskeletal pekerja
Dilakukan
dengan cara Survei dan observasi terhadap pekerja setiap 3 bulan sekali yaitu
pada bulan juli 2013,
Oktober 2013 dan Desember
2013 menggunakan kuesioner/checklis yang ada.
7. Pemantauan karyawan yang sakit/dirawat
akibat cidera Muskeloskeletal
Menelusuri data
absensi dan Data MCU, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan juli
2013, Oktober 2013 dan
Desember 2013.
8. Pemantauan biaya pengobatan akibat
sakit/cidera Muskeloskeletal
Menelusuri klaim
biaya kesehatan, dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan juli
2013, Oktober 2013 dan
Desember 2013.
G.
EVALUASI
Kegiatan
|
Target perubahan yang ingin dicapai
|
3 bulan pertama
|
3 bulan kedua
|
3 bulan terakhir
|
Keterangan
|
1. Melakukan advokasi untuk mendapatkan
dukungan dari manajemen
2. Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis
dan sistem kerja dituangkan dalam bentuk SOP
3. Pelatihan/Training tentang Dermatitis
4. Pemasangan Poster
5. Pemantauan perilaku pekerja di tempat
kerja
6. Pemantauan keluhan pekerja
7. Pemantauan karyawan yang sakit / dirawat akibat cidera Dermatitis
8. Pemantauan biaya pengobatan akibat sakit / cidera keluhan Dermatitis
|
1. Adanya komitmen/kebijakan berupa SK dan
presentasi dihadiri 50 % pihak manajemen
2. 45 % adanya perbaikan
fasilitas kerja dan adanya SOP
3. 80 % pekerja memahami dan menyadari
pentingnya bekerja secara aman,
selamat dan selamat.
4. 100% poster terpasang di tempat-tempat
yang sudah ditentukan
5. 55 % pekerja
mempraktekkan cara bekerja aman, selamat dan sehat di tempat kerja (sesuai SOP)
6. 65 % terjadi penurunan keluhan Dermatitis pada pekerja
7. Karyawan yang sakit/dirawat akibat
cidera Dermatitis menurun 15%
8. Biaya pengobatan akibat sakit / cidera Dermatitis menurun 20 %
|
Dikeluarkannya SK oleh manajer dan 50 % pihak manajemen hadir dalam
presentasi
10 % adanya perbaikan fasilitas kerja dan adanya SOP
35 % pekerja memahami
dan menyadari pentingnya bekerja secara aman, selamat dan sehat
80% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan
25 % pekerja
mempraktekkan cara bekerja aman, selamat dan sehat di tempat kerja (sesuai SOP)
25 % terjadi penurunan
keluhan Dermatitis pada pekerja
Karyawan yang sakit/ dirawat akibat cidera Dermatitis menurun 50%
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Dermatitis menurun 50 %
|
-
25 % adanya perbaikan fasilitas kerja
55 % pekerja memahami
dan menyadari pentingnya bekerja secara aman, selamat dan sehat
100% poster terpasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan
40 % pekerja mempraktekkan cara bekerja aman, selamat dan sehat di tempat kerja (sesuai SOP)
45 % terjadi penurunan
keluhan Dermatitis pada pekerja
Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Dermatitis menurun 15%
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Dermatitis menurun 20 %
|
-
45 % adanya perbaikan
fasilitas kerja
80 % pekerja memahami dan menyadari pentingnya bekerja secara aman, selamat dan sehat
-
55 % pekerja mempraktekkan cara bekerja aman, selamat dan sehat di tempat kerja (sesuai SOP)
65 % terjadi penurunan
keluhan Dermatitis pada pekerja
Karyawan yang sakit/dirawat akibat cidera Dermatitis menurun 15 %
Biaya pengobatan akibat sakit/cidera Dermatitis menurun 20 %
|
H.
KONTINUITAS
Untuk
kontinuitas program ini, setiap tahun diakhr program akan dipilih 5 orang
pekerja yang terbaik dengan kriteria tidak pernah absen dalam senam ergonomi,
tidak mengalami sakit cidera muskeloskeletal dan disiplin dalam melaksanakan
program ini. Bagi karyawan yang terpilih akan diberikan penghargaan dan
insentif sebesar Rp. 1.400.000,-
Sedangkan
bagi pekerja yang belum sepenuhnya melaksanakan program ini, akan diberikan
pembinaan secara intensif untuk menumbuhkan kesadarannya akan pentingnya
program ini dan terhindar dari cidera muskeloskeletal.
H.
REFERENSI
Terimakasih .
BalasHapus